Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bus Sekolah yang Angkut Penumpang Metromini Hanya Beroperasi hingga Sore

Kompas.com - 21/12/2015, 19:50 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon penumpang di Terminal Senen, Jakarta Pusat menjadi korban aksi mogok para sopir metromini, Senin (21/12/2015) di teminal tersebut.

Bus sekolah yang dikerahkan Pemprov DKI untuk mengatasi kekosongan akibat aksi mogok sopir metro mini ini seolah tidak membantu.

Setidaknya, demikian yang disampaikan Haris (62), seorang warga Semper, Jakarta Utara.

Haris yang hendak menumpang metromini 07 jurusan Senen-Semper itu hanya gigit jari akibat aksi mogok para sopir.

Sudah dua jam haris dan istrinya menunggu di Terminal Senen untuk mendapatkan bus ke tujuannya. (Baca: Metromini Mogok, Bus Sekolah Dioperasikan untuk Angkut Penumpang)

Namun, menurut dia, bus sekolah yang diperbantukan untuk mengisi kekosongan metromini tersebut hanya beroperasi hingga sore dan akan balik kandang ketika Haris membutuhkannya.

"Saya dari jam tiga di sini nunggu, ternyata barusan ada bus datang tetapi diberitahu ini yang terakhir, bus-nya mau pulang. Memang kalau dapat bus sekolah itu kita naik gratis," kata Haris kepada Kompas.com di Terminal Senen, Senin sore.

Berdasarkan pengamatan Kompas.com, dua bus sekolah yang kosong dan masuk ke terminal sore itu tidak mengangkut penumpang.

Bus hanya masuk kemudian ke luar terminal. Para penumpang yang melihat bus sekolah tidak mengangkut penumpang tersebut tampak kecewa.

Haris mengaku sudah mengetahui rencana mogok para sopir metro mini tersebut. Namun, Haris nekat menunggu metromini karena menghemat uang.

"Mungkin mesti naik taksi lagi, tetapi taksi mahal. Minimal kalau enggak macet saja Rp 100.000 ke Semper. Saya enggak tahu mau nyambung naik apa," ujar Haris yang habis berbelanja barang dagangang di Senen tersebut.

Ia pun berharap aksi mogok sopir metromini tidak berlangsung lama. Selain itu, ia meminta Pemprov DKI Jakarta memberikan solusi yang tepat.

"Pak Ahok paling tahulah mesti apa. Yang bisa buat kebijakan kan Pak Ahok," ujar Haris.

Pantauan Kompas.com, di jalur khusus metromini dan Kopaja di pintu keluar terminal, tidak terlihat adanya penumpukan penumpang.

Beberapa penumpang tampak menunggu bus sekolah yang dikerahkan untuk mengisi kekosongan metromini.

Namun, dua bus sekolah yang masuk terminal pukul 16.30 tersebut langsung pulang. (Baca: Polisi Tangkap Sopir Metromini yang Halang-halangi Bus Bantuan)

Bus sekolah yang masuk ke terminal sempat terlihat dikawal personil Brimob yang ikut menumpang di dalam bus.

Kompas TV Sopir Metromini Tolak Bus Bantuan


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Megapolitan
Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Megapolitan
DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com