Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nelayan Teluk Jakarta Minta Perhatian Jokowi dan Ahok

Kompas.com - 13/07/2016, 17:32 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Para nelayan yang melaut dari Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara, mengungkapkan kesan mereka terhadap beberapa pemimpin yang kebijakannya berdampak bagi mereka.

Beberapa nama pemimpin yang disebut adalah mantan Presiden Soeharto, mantan Gubernur DKI Jakarta yang kini menjabat Presiden RI, Joko Widodo, dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.

"Kalau bicara pemimpin, nelayan cuma diperhatiin pas zaman Soeharto. Coba sekarang, Jokowi sama Ahok (sapaan Basuki) enggak jelas," kata salah satu nelayan, Rilwan (38), kepada Kompas.com, Rabu (13/7/2016).

Menurut Rilwan, hanya pada masa kepemimpinan Soeharto kawasan Muara Angke dijadikan kampung nelayan percontohan. Dia juga menambahkan, saat itu, Soeharto turut membangun permukiman nelayan yang dikenal sampai saat ini sebagai Permukiman Nelayan Muara Angke" di pesisir utara Jakarta.

Sedangkan pada masa kepemimpinan Jokowi sebagai Presiden, perhatian terhadap nelayan, khususnya di Muara Angke, tidak didapat. Justru yang mereka rasakan adalah adanya proyek reklamasi yang membuat kegiatan nelayan di sana terganggu.

"Jokowi sama Ahok enggak peka. Mereka enggak pikir gimana dampaknya ke nelayan," ucap Rilwan.

Nelayan lainnya, Yuna (41), menganggap Basuki sama sekali tidak memikirkan nasib nelayan dengan memberikan izin reklamasi. Dia pun menyayangkan kenapa Basuki tidak pernah turun menemui nelayan untuk mencari tahu bagaimana kondisi sebenarnya di lapangan.

"Coba deh Pak Ahok ke sini, lihat gimana kami kerja sekarang. Reklamasi ini benar-benar terasa, apalagi soal ikan tangkapan. Dulu sebulan bisa dapat bersih Rp 10 juta dari melaut, sekarang bersih Rp 1 juta aja susah," ujar Yuna.

Kompas TV Setelah Reklamasi, Pendapatan Nelayan Menjadi Berkurang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

KPAI Minta Polisi Kenakan UU Pornografi ke Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar

KPAI Minta Polisi Kenakan UU Pornografi ke Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar

Megapolitan
Sudah Lakukan Ganti Untung, Jakpro Minta Warga Kampung Susun Bayam Segera Kosongi Rusun

Sudah Lakukan Ganti Untung, Jakpro Minta Warga Kampung Susun Bayam Segera Kosongi Rusun

Megapolitan
Anak di Jaktim Disetubuhi Ayah Kandung, Terungkap Ketika Korban Tertular Penyakit Kelamin

Anak di Jaktim Disetubuhi Ayah Kandung, Terungkap Ketika Korban Tertular Penyakit Kelamin

Megapolitan
Viral Video Pencopotan Spanduk Sekda Supian Suri oleh Satpol PP Depok

Viral Video Pencopotan Spanduk Sekda Supian Suri oleh Satpol PP Depok

Megapolitan
BNN Tangkap 7 Tersangka Peredaran Narkoba, dari Mahasiswa sampai Pengedar Jaringan Sumatera-Jawa

BNN Tangkap 7 Tersangka Peredaran Narkoba, dari Mahasiswa sampai Pengedar Jaringan Sumatera-Jawa

Megapolitan
Tren Penyelundupan Narkoba Berubah: Bukan Lagi Barang Siap Pakai, tapi Bahan Baku

Tren Penyelundupan Narkoba Berubah: Bukan Lagi Barang Siap Pakai, tapi Bahan Baku

Megapolitan
Kronologi Kampung Susun Bayam Digeruduk Ratusan Sekuriti Suruhan Jakpro

Kronologi Kampung Susun Bayam Digeruduk Ratusan Sekuriti Suruhan Jakpro

Megapolitan
KPAI: Siswa SMP yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Rawat Jalan di Rumah

KPAI: Siswa SMP yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Rawat Jalan di Rumah

Megapolitan
BNN Ungkap Lima Kasus Peredaran Narkoba, Salah Satunya Kampus di Jaktim

BNN Ungkap Lima Kasus Peredaran Narkoba, Salah Satunya Kampus di Jaktim

Megapolitan
Antisipasi Percobaan Bunuh Diri Berulang, KPAI Minta Guru SMP di Tebet Deteksi Dini

Antisipasi Percobaan Bunuh Diri Berulang, KPAI Minta Guru SMP di Tebet Deteksi Dini

Megapolitan
Bus Transjakarta Bisa Dilacak 'Real Time' di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Bus Transjakarta Bisa Dilacak "Real Time" di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Megapolitan
Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Megapolitan
Fakta Penutupan Paksa Restoran di Kebon Jeruk, Mengganggu Warga karena Berisik dan Izin Sewa Sudah Habis

Fakta Penutupan Paksa Restoran di Kebon Jeruk, Mengganggu Warga karena Berisik dan Izin Sewa Sudah Habis

Megapolitan
KPAI Minta Hukuman Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar Diperberat

KPAI Minta Hukuman Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar Diperberat

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Masih Satu Keluarga dengan Korban

Pemerkosa Remaja di Tangsel Masih Satu Keluarga dengan Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com