Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok Tak Ingin Buat Kontrak Politik karena Merasa Programnya Lebih Rinci

Kompas.com - 17/10/2016, 13:44 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Bakal calon gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, merasa tidak perlu lagi melakukan kontrak politik dengan warga. Pasalnya, Ahok merasa sudah memiliki program yang jelas dan lebih rinci dibanding pasangan bakal cagub-cawagub DKI lainnya.

Dengan memiliki program yang jelas dan lebih rinci, Ahok menilai warga pemilihnya dapat menuntut apabila nantinya ia tidak dapat memenuhi janjinya tersebut. Hal itulah yang dianggap Ahok tak dilakukan kandidat lain sehingga mengharuskan mereka melakukan kontrak politik.

"Coba kamu baca aja visi misi dari calon yang paling terperinci siapa? Itu lebih dari kontrak, bukan cuma ngomong," kata Ahok di Balai Kota, Senin (17/10/2016).

Ahok menilai program yang jelas dan lebih rinci sudah melebihi dari sebuah kontrak politik.

"Sebetulnya di dalam program kami itu sudah kontrak. Kamu bisa lihatin, bisa nuntut saya dari program," ujar dia.

(Baca: Ini Strategi Ahok-Djarot, Anies-Sandi, dan Agus-Sylvi Atasi Kemacetan di Jakarta)

Salah satu bakal calon gubernur DKI yang diketahui melakukan kontrak politik dengan warga adalah Anies Baswedan. Ia pernah membuat kontrak politik dengan warga Tanah Merah, Jakarta Utara beberapa waktu lalu.

Anies menilai melakukan kontrak politik menandakan bahwa kandidat bersedia membawa aspirasi masyarakat.

"Jadi masyarakat memiliki aspirasi lalu kita melakukan diskusi dan komitmen dan membawa aspirasi itu tentunya dalam bentuk kontrak politik. Jadi ini sebuah bukti bahwa kita bersedia membawa aspirasinya," kata Anies di Kantor DPP Partai Gerindra, di Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (11/10/2016) malam.

Menurut Anies, kontrak politik merupakan bentuk ekspresi untuk siap memperjuangkan aspirasi warga. Hal itu menurutnya lebih baik dari pada hanya mengungkapkan dalam bentuk janji-janji.

Adapun kontrak politik antara Anies dengan warga Tanah Merah antara lain melegalisasi kampung-kampung yang dianggap ilegal. Kampung-kampung itu sudah ditempati warga selama 20 tahun dan tanahnya tidak bermasalah, kemudian akan diakui haknya dalam bentuk sertifikasi hak milik.

Lalu, permukiman yang kumuh tidak digusur, tetapi ditata seperti kampung tematik dan kampung deret.

"Tapi kita kalau tidak mau melakukan apa-apa justru menjadi pertanyaan pada masyarakat, sebenarnya yang diperjuangkan apa," ujar Anies.

(Baca: Anies Baswedan Tanda Tangani Kontrak Politik yang Diajukan Warga Tanah Merah)

Kompas TV Ahok-Djarot Masih Memimpin Hasil Survei
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Dikenakan Pasal Pembunuhan Berencana

Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Dikenakan Pasal Pembunuhan Berencana

Megapolitan
Tak Sadar Jarinya Digigit sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Tak Sadar Jarinya Digigit sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Megapolitan
Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Megapolitan
Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Megapolitan
Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Megapolitan
PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

Megapolitan
Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Megapolitan
Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Megapolitan
Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Megapolitan
Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com