JAKARTA, KOMPAS.com - Lantaran menunggak, aliran listrik di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 48 di Pinang Ranti, Makasar, Jakarta Timur diputus oleh pihak PLN. Tak tanggung-tanggung, nilai tunggakan mencapai ratusan juta rupiah.
Wakil Kepala Sekolah Bagian Sarana dan Prasara SMAN 48, Munir, mengatakan, nilai tunggakan mencapai Rp 118 juta.
"Tunggakan Rp 118 juta, itu dari bulan Juli sampai sekarang," kata Munir, saat ditemui di sekolah tersebut, Selasa (22/11/2016).
Listrik di sekolah itu, lanjut Munir, diputus pihak PLN pada Senin (21/11/2016). Akibatnya kegiatan belajar mengajar cukup terganggu dengan kejadian ini. Pasalnya, sejumlah peralatan sekolah beroperasi menggunakan listrik.
Sebut saja lampu, proyektor, kipas dan AC, absensi murid dan guru, air untuk kamar mandi, bel sekolah, dan lainnya.
"Hari ini juga sebenarnya ada latihan ujian menggunakan komputer CBT (Computer Base Test). Tapi jadi tidak bisa," ujar Munir.
Kini pihaknya terpaksa meminjam arus dari masjid di lingkungan sekolah, untuk peralatan yang penting saja seperti presensi, bel sekolah, dan air. Sisanya AC atau kipas, lampu, dan proyektor tidak bisa digunakan. (Baca: Siswa SMA 48 Raih Juara II)
Bantuan operasional sekolah
Munir menjelaskan, penyebab sekolah menunggak membayar listrik lantaran dana Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) dari Pemprov DKI belum turun. Tahun ini, BOP untuk SMAN 48 dari Januari baru turun 18 persen, sehingga salah satu dampaknya sekolah tak mampu membayar listrik.
"Sekarang sudah masuk ke triwulan ke 4, seharusnya BOP sudah cair lebih dari 70 persen, tapi ini baru 18 persen," ujar Munir.
Pihaknya berharap persoalan ini bisa diselesaikan Pemprov DKI, dalam hal ini Suku Dinas Pendidikan Jakarta Timur. Sebab, tak hanya sekolahnya, informasinya kasus ini juga terjadi di beberapa sekolah lain di Jakarta Timur.