Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sandiaga tentang "Peci Gus Dur" dan Analogi Persatuan Indonesia

Kompas.com - 01/12/2016, 21:48 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan tiga, Sandiaga Uno, menceritakan asal-usul peci yang sering dia kenakan di setiap kesempatan selama masa kampanye Pilkada 2017.

Peci yang dimaksud adalah sebuah peci berwarna coklat terang yang merupakan hasil rajutan khas asal Gorontalo.

"Namanya kopiah karanji. Kopiah karanji ini seperti terbuat dari keranjang dan merupakan ciri-ciri khas dari Provinsi Gorontalo, di mana ayah saya lahir. (Kopiah) ini dipopulerkan oleh almarhum Gus Dur dan diperkenalkan sebagai peci nusantara," kata Sandi saat ditemui Kompas.com di sela-sela kegiatannya di Duren Sawit, Jakarta Timur, Kamis (1/12/2016).

Kegemaran Sandi mengenakan peci tersebut sudah sejak awal tahun 2000 silam, yaitu ketika dia baru saja kembali dari luar negeri.

Bagi Sandi, asal mula peci yang erat dengan masa kecilnya dulu itu memiliki pesan persatuan dan kebersamaan dalam keberagaman suku, agama, ras, dan kelompok-kelompok yang ada di Indonesia.

"Sebelum saya dapat peci ini, saya sudah belajar tentang Bhinneka Tunggal Ika. Ayah saya dari Sulawesi, ibu saya campuran Jawa dan Sunda, dan saya besar di Jakarta. Saya sendiri bersekolah di sekolah Kristen Protestan pas SD, SMP Negeri, SMA di (sekolah) Katolik. Makanya ke depan, saya ingin keberagaman kita disimbolkan seperti peci nusantara ini," tutur Sandi.

Dia turut menyinggung desain peci tersebut yang memiliki banyak rongga karena dibuat dengan cara dirajut. (Baca: Sandiaga: Saya Kasihan sama Pak Ahok, kayaknya Dia Tersiksa seperti Itu)

Menurut Sandi, seorang pemimpin harus bisa membawa kesejukan, seperti peci yang dia pakai itu, sejuk saat dikenakan.

"Ini sejuk, kenapa? Karena tembus, enggak panas, akhirnya enggak terlalu keringatan juga pakainya. Sama dengan saya dan Mas Anies, sudah berkomitmen untuk membawa kesejukan. Kami tidak mau dianggap mewakili golongan tertentu, karena kami ingin berada di tengah-tengah, dan untuk semua golongan masyarakat Jakarta," ujar Sandi.

Kompas TV Sandiaga Uno Tanda Tangani Kontrak Politik dengan Nelayan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com