Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penembakan Diduga Melanggar HAM

Kompas.com - 21/10/2010, 12:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan menduga ada pelanggaran hak asasi manusia dalam aksi penembakan mahasiswa Universitas Bung Karno oleh polisi saat mahasiswa menggelar aksi setahun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono di Jalan Diponegoro, Rabu (20/10/2010) kemarin.

"Ada dugaan pelanggaran HAM karena kemarin saya lihat polisi ditimpuki batu dua menit, tidak terlalu lama. Kalau tidak mampu seharusnya mundur, bukan balas dengan senjata api," ujar Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar dalam sebuah perbincangan, Jakarta, Kamis.

Melihat tindakan polisi yang dinilai berlebihan tersebut, Kontras, kata Haris, akan melaporkan peristiwa penembakan itu kepada Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri segera. "Kalau tidak nanti siang, besok kami akan melapor," katanya.

Tindakan polisi yang melepaskan peluru ke arah mahasiswa yang mulai ricuh, menurut Haris, terlalu berlebihan dan reaksional. Hal tersebut menunjukkan bahwa aparat kepolisian tidak profesional dan tidak memiliki kemampuan emosional yang baik.

Penggunaan senjata, kata Haris, seharusnya dipakai jika polisi sudah tidak mampu lagi mundur, mempertahankan diri dari aksi mahasiswa. "Kalau terdesak seharusnya polisi bisa mundur. Kecuali memang tidak bisa mundur lagi, tetapi kan kemarin, jalanan luas, masih bisa mundur. Tidak boleh membalas kekerasan dengan kekerasan," kata Haris.

Haris juga mengatakan, pihaknya akan mengawal tindak lanjut dari aksi penembakan oleh polisi yang melukai kaki kanan mahasiswa Universitas Bung Karno itu. "Kalau saat ini kami masih menunggu kabar pengangkatan proyektil peluru. Kami khawatir soal proyektil akan ditahan pihak rumah sakit, kami sedang cari solusinya supaya bisa terkawal terus," imbuhnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, seorang mahasiswa Universitas Bung Karno, Farel Restu, tertembak kaki kanannya saat beraksi di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, persis sebelah kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia atau YLBHI. Farel kemudian dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan menjalani operasi pengangkatan peluru. Pihak kepolisian Resor Jakarta Pusat berjanji menanggung biaya pengobatan Farel dan telah meminta maaf kepada mahasiswa atas kejadian tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Patroli dengan AU Malaysia di Selat Malaka, TNI AU Kerahkan 2 Jet Tempur F-16

    Patroli dengan AU Malaysia di Selat Malaka, TNI AU Kerahkan 2 Jet Tempur F-16

    Nasional
    Megawati: Lebih Baik 'Aku Cinta Padamu', Susah Banget Pakai 'Saranghae', Bukannya Menghina...

    Megawati: Lebih Baik "Aku Cinta Padamu", Susah Banget Pakai "Saranghae", Bukannya Menghina...

    Nasional
    Tidak Akan Sampaikan Sikap Politik di Rakernas, Megawati: Enak Wae, Gue Mainin Dulu Dong

    Tidak Akan Sampaikan Sikap Politik di Rakernas, Megawati: Enak Wae, Gue Mainin Dulu Dong

    Nasional
    Megawati: Saya Tahu Permainan Impor Pangan

    Megawati: Saya Tahu Permainan Impor Pangan

    Nasional
    Puncak Perayaan Hari Lansia Nasional 2024 Bakal Digelar di Aceh Utara

    Puncak Perayaan Hari Lansia Nasional 2024 Bakal Digelar di Aceh Utara

    Nasional
    Sindir Impor Beras, Megawati: Dibuat Sedemikian Rupa, sepertinya Kekurangan Terus

    Sindir Impor Beras, Megawati: Dibuat Sedemikian Rupa, sepertinya Kekurangan Terus

    Nasional
    17 Sikap PDI-P Hasil Rakernas, Mandatkan Kembali Megawati Jadi Ketua Umum

    17 Sikap PDI-P Hasil Rakernas, Mandatkan Kembali Megawati Jadi Ketua Umum

    Nasional
    Sindir Puan dan Risma, Megawati: Penggede Partai Lama-lama Tambah Cengeng

    Sindir Puan dan Risma, Megawati: Penggede Partai Lama-lama Tambah Cengeng

    Nasional
    Anggota DPR Komisi III: Kapolri dan Jaksa Agung Perlu Duduk Bersama Telusuri Isu Penguntitan Jampidsus oleh Densus 88

    Anggota DPR Komisi III: Kapolri dan Jaksa Agung Perlu Duduk Bersama Telusuri Isu Penguntitan Jampidsus oleh Densus 88

    Nasional
    Penutupan Rakernas PDI-P, Megawati Sebut Sudah Beri Tugas untuk Ahok

    Penutupan Rakernas PDI-P, Megawati Sebut Sudah Beri Tugas untuk Ahok

    Nasional
    PDI-P Putuskan Hanya Jalin Kerja Sama Politik dengan Pihak yang Tingkatkan Kualitas Demokrasi

    PDI-P Putuskan Hanya Jalin Kerja Sama Politik dengan Pihak yang Tingkatkan Kualitas Demokrasi

    Nasional
    Megawati Cerita Kerap Kunjungi Ahok di Tahanan

    Megawati Cerita Kerap Kunjungi Ahok di Tahanan

    Nasional
    PDI-P Serahkan Mandat ke Megawati Tentukan Sikap Partai ke Pemerintah

    PDI-P Serahkan Mandat ke Megawati Tentukan Sikap Partai ke Pemerintah

    Nasional
    Air Mata Puan dalam Pembacaan Sikap Politik PDI-P...

    Air Mata Puan dalam Pembacaan Sikap Politik PDI-P...

    Nasional
    Sambil Menangis, Puan Minta Maaf Ada Kader PDI-P Tak Beretika dan Langgar Konstitusi

    Sambil Menangis, Puan Minta Maaf Ada Kader PDI-P Tak Beretika dan Langgar Konstitusi

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com