Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Enggan Dipindah

Kompas.com - 13/11/2010, 14:26 WIB

Klaten, kompas - Warga korban erupsi Gunung Merapi di wilayah Kecamatan Kemalang, Klaten, masih enggan apabila harus dipindahkan ke lokasi yang lebih aman. Alasannya, kehidupan warga sudah turun-temurun telanjur menyatu dengan Gunung Merapi.

Keengganan itu disampaikan sejumlah warga dari desa rawan bencana yang ditemui di Pos Pengungsian SMA Negeri 3 Klaten, Jumat (12/11). Tercatat sekitar 11.000 warga tinggal di empat desa yang berada di kawasan rawan bencana berjarak hanya 5-7 kilometer dari Merapi. Empat desa itu adalah Balerante, Sidorejo, Tegalmulyo, dan Kendalsari.

”Kalau terpaksa harus relokasi, kami mau saja asal masih di Desa Balerante. Kalau relokasinya di luar desa, kami tentu menolak. Kami juga tidak ingin ikut program transmigrasi sekiranya ditawarkan Pemkab Klaten,” ujar Sumarmo, warga Dusun Sukorejo, Balerante.

Menurut Kepala Desa Sidorejo, Suroso, sekitar 2.000 dari 3.973 warganya tinggal dalam radius kurang dari 8 kilometer dari puncak Merapi. ”Sudah biasa kalau harus mengungsi saat bencana Merapi. Kami tidak punya usulan supaya pindah atau transmigrasi. Warga mau tetap tinggal seperti sedia kala,” ujar Suroso.

”Mau relokasi ke mana? Lahan di desa-desa lereng Merapi itu sudah habis untuk permukiman, jalan, dan ladang. Kami tetap mencintai desa yang kini rusak itu,” ujar Tri Harsono, warga asal Dusun Bangunsari, Glagahharjo, Kecamatan Cangkringan.

Sekretaris Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (PB) Klaten Sri Winoto mengakui tidak mudah merelokasi warga yang sudah tinggal menyatu di lereng Merapi.

Di Kabupaten Magelang pun, sekitar 6.000 warga Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, sepakat menolak mengungsi meski desanya hanya berjarak 12 kilometer dari Merapi.

”Kami baru bersedia mengungsi jika Pemerintah Kabupaten Magelang bisa memberikan alasan yang cukup masuk akal dan bisa membuktikan bahwa aktivitas Gunung Merapi betul-betul berbahaya bagi kami,” ujar Cokrodiharjo (60), sesepuh Desa Wonolelo, Selasa (9/11).

Di Boyolali, sampai Kamis (11/11), sekitar 100 warga di lima dusun di Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, masih terisolasi. Sepuluh hari terakhir warga yang enggan mengungsi ini hanya mengonsumsi singkong dan air bercampur abu vulkanik.

Warga tersebut berada di Dusun Stabelan, Takeran, Belang, Karang, dan Gumuh yang hanya sekitar 2-3 kilometer dari Merapi. Akses jalan menuju Desa Tlogolele terputus karena tertutup pepohonan tumbang dan abu vulkanik. (WHO/EGI/ILO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com