Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seluruh Jalur MRT di Bawah Tanah, Kenapa Tidak?

Kompas.com - 21/02/2013, 06:51 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Danang Parikesit, menilai pembangunan jalur MRT yang seluruhnya underground (bawah tanah) seharusnya tidak menjadi masalah. Alasannya, anggaran yang tersedia untuk proyek ini sangat besar.

"Jika dilihat dari proses tender dan efisiensi, semuanya dibikin underground tidak masalah. Apalagi proses pengembalian pinjaman juga waktunya kan lama, jadi MRT bawah tanah sebetulnya cukup baik," kata Danang saat dihubungi Kompas.com, Rabu (20/2/2013) petang. Sebelumnya, dalam public hearing usulan PT MRT Jakarta untuk membangun ruas Depot-Sisingamangaraja dengan konsep jalan layang ditolak warga yang mengatasnamakan diri sebagai Masyarakat Peduli MRT.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dalam acara public hearing yang digelar di Balaikota Jakarta pada Rabu (20/2/2013) pagi menjelaskan bahwa seluruh jalur MRT dibangun underground. Seperti paparan PT MRT Jakarta, bila rute Depok-Sisingamaraja dibangun sebagai jalur bawah tanah, biaya yang dibutuhkan akan menjadi tiga kali lipat alokasi untuk jalan layang.

Danang berpendapat, pembangunan MRT memang tak bisa hanya dilihat dari sudut pandang transportasi. "Kalau melihat proyek transportasi saja, (jalur bawah tanah) itu memang mahal. Tetapi, harusnya dilihat juga pembangunan tata ruang dan pengembangan wilayah," kata dia.

Lebih lanjut, Danang menegaskan bahwa MTI akan selalu mendukung setiap kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan pengembangan sistem transportasi massal. Namun, kebijakan itu juga harus mengakomodasi aspirasi masyarakat yang akan terkena dampak dari pembangunan MRT. Bagaimanapun, ujar dia, masyarakat juga tak ingin kehidupan ekonomi maupun sosialnya terganggu.

Seperti yang diberitakan, kelompok Masyarakat Peduli MRT yang sebagian besar adalah warga Jakarta Selatan menyatakan mendukung pembangunan MRT hanya jika rute yang melintasi permukiman dibangun sebagai jalur bawah tanah, bukan jalan layang. "Bagaimana kajiannya? Tim pengkajinya? Jalur layang enggak tepat untuk Jakarta Selatan, lokasinya sudah sempit. Kami dukung MRT jika dibangun di bawah tanah," tegas Rudi, warga Jalan Panglima Polim, Jakarta Selatan, salah satu anggota kelompok itu.

Sebelumnya, pada 12 Desember 2012, Persatuan Pedagang Pasar yang berada di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, juga pernah menggelar unjuk rasa menolak pembangunan MRT dengan jalur elevated. Mereka khawatir stasiun transit yang akan dibangun di pasar akan memakan fisik bangunan hingga 50 persen, yang artinya kios-kios tempat usaha mereka akan segera digusur.

Pembangunan MRT bukan baru digagas di era kepemimpinan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta. Sejak awal angkutan massal ini ingin dibangun dengan rute Lebak Bulus sampai kawasan Kota. Dalam kajian PT MRT Jakarta, rute Lebak Bulus-Sisingamangaraja rencananya akan dibangun elevated, sementara jalur Sisingamangaraja-Kota yang akan melintasi Jalan Sudirman dan Thamrin akan dibangun underground.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com