"Mengais rezeki, Mas," katanya kepada Kompas.com, Sabtu (27/7/2013) malam.
Asih adalah satu dari ribuan pengemis musiman di Jakarta pada bulan Ramdhan. Bersama anaknya, Fadil (2), ia mengaku biasa meminta-minta pada bulan suci. Di luar bulan puasa, ia biasanya tinggal di rumah.
"Iya, tahun-tahun sebelumnya juga begini (minta-minta)," ujarnya.
Suaminya, Agung (24) adalah tukang sampah sekaligus pemulung. Meski penghasilannya tak menentu, Agung biasanya mendapatkan sekitar Rp 50 ribu per hari. Uang tersebut, menurut Asih, cukup untuk makan sehari-hari keluarga kecilnya.
"Suami saya lagi diurut di rumah. Tadi siang kecapekan dorong gerobak," ujarnya.
Sebelum menikah, Asih bekerja sebagai penjaga warteg dengan penghasilan Rp 250 ribu sebulan. Namun, ketika sudah menikah dengan Agung, perempuan asal Pekalongan tersebut mengaku kerepotan.
"Sekarang udah sibuk ngurus anak," kata dia.
Dari aktivitas mengemisnya di bulan Ramadhan, Asih mengaku hanya mendapat Rp 20 ribu per hari. Bermodalkan sebotol air minum dan makanan kecil seadanya, ia biasanya datang sehabis matahari terbenam hingga matahari terbit kembali. Namun, ia mengaku sering mendapat makanan dari para pengendara yang berkonvoi saat sahur. Dari aktivitasnya tersebut, ia sadar bahwa dia memiliki risiko ditangkap oleh petugas Satpol PP.
"Sejauh ini sih belum pernah. Tapi takut juga sih," ujarnya.
Asih berharap dengan uang yang didapatnya cukup untuk biaya pulang kampung. "Iya, pengen banget pulang kampung pas Lebaran. Udah dua tahun enggak pulang," kata Asih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.