Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki Biayai Dua Anak Kembar Kebayoran Putus Sekolah

Kompas.com - 29/08/2013, 14:16 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Sepasang anak kembar berusia 13 tahun, Dina Lestari dan Diki Wahyudi, yang mengalami putus sekolah karena tak mampu kini sudah masuk sekolah lagi. Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menggunakan uang operasionalnya untuk membiayai kedua anak tersebut.

Menurut Basuki, dua siswa SMP itu sudah bersekolah sejak Rabu (28/8/2013) kemarin. Keduanya juga mendapatkan Kartu Jakarta Sehat (KJS), Kartu Jakarta Pintar (KJP), seragam, dan buku pelajaran.

"Anak kembar yang diberitakan Kompas.com juga sudah mulai masuk sekolah lagi," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Kamis (29/8/2013).

Basuki mengaku kecewa dengan kinerja bawahannya yang sampai lengah membiarkan hal itu terjadi. Seharusnya, RT-RW, lurah, camat, Dinas Pendidikan, hingga anggota PKK setempat dapat melaporkan dan segera mengurus permasalahan itu hingga selesai.

"Masak yang kayak begini harus saya yang temui juga. Semestinya semua bisa bergerak dong," tegas Basuki.

Oleh karena itu, ia meminta bantuan kepada staf pribadinya, Nathanael, yang juga koordinator Ahok Center, untuk mengurusi permasalahan itu, mulai dari meninjau lokasi rumah anak kembar itu hingga mengurusi sekolah.

Si kembar Dina dan Diki yang putus sekolah itu adalah anak dari Rosidah (41), yang memiliki kartu keluarga Jakarta Selatan benomor 3174050601093123. Dalam kartu keluarga tertanggal 17 Desember 2012 itu, kepala keluarga mereka bernama Eko Waluyo.

Rosidah sudah lama berpisah dengan suaminya dan kini bekerja serabutan. Anak paling tua Rosidah putus sekolah kemudian membantu kakek dan neneknya berjualan ikan di Jepara.

"Sekarang si kembar sudah dua tahun putus sekolah. Mereka masih pengin sekolah. Saya tidak tahu harus cari bantuan di mana," kata Rosidah.

Warga RT 08 RW 04 Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, ini mengatakan, anak kembarnya sempat mengikuti orientasi sekolah di SMP Al Ikhlas, salah satu sekolah swasta. Saat itu, mereka mendapat keringanan berupa dua kali mencicil biaya masuk sekolah sebesar Rp 1 juta. Namun, kata Rosidah, dia tak sanggup memenuhi keperluan perlengkapan sekolah untuk kedua anaknya itu, bahkan untuk biaya hidup sehari-hari pun sudah berat.

Sebagai buruh cuci, dia mengaku hanya mendapat upah harian Rp 25.000 di lingkungan tempatnya tinggal. Sekarang, lanjut Rosidah, Dina dan Diki juga ikut bekerja serabutan dengan menjadi penjaga penyewaan PlayStation di dekat rumah mereka. Dia berharap kedua anaknya ini masih bisa melanjutkan sekolah, setidaknya sampai tamat SMP.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Temukan 488 Gram Sabu Saat Gerebek Rumah Kos di Jaksel

Polisi Temukan 488 Gram Sabu Saat Gerebek Rumah Kos di Jaksel

Megapolitan
KPU: Mantan Gubernur Tak Bisa Maju Jadi Cawagub di Daerah yang Sama pada Pilkada 2024

KPU: Mantan Gubernur Tak Bisa Maju Jadi Cawagub di Daerah yang Sama pada Pilkada 2024

Megapolitan
Heru Budi Sebut Pemprov DKI Bakal Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket yang Ditertibkan

Heru Budi Sebut Pemprov DKI Bakal Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket yang Ditertibkan

Megapolitan
Heru Budi Sebut Pemprov DKI Jakarta Mulai Tertibkan Jukir Liar Minimarket

Heru Budi Sebut Pemprov DKI Jakarta Mulai Tertibkan Jukir Liar Minimarket

Megapolitan
Rute KA Tegal Bahari, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Tegal Bahari, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
20 Pelajar SMA Diamankan Polisi akibat Tawuran di Bangbarung Bogor

20 Pelajar SMA Diamankan Polisi akibat Tawuran di Bangbarung Bogor

Megapolitan
Jakarta Utara Macet Total sejak Subuh Buntut Trailer Terbalik di Clincing

Jakarta Utara Macet Total sejak Subuh Buntut Trailer Terbalik di Clincing

Megapolitan
Polisi Periksa 36 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Periksa 36 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Ngerinya Kekerasan Berlatar Arogansi Senioritas di STIP, Tradisi yang Tak Benar-benar Hilang

Ngerinya Kekerasan Berlatar Arogansi Senioritas di STIP, Tradisi yang Tak Benar-benar Hilang

Megapolitan
Hanya Raih 4 Kursi DPRD, PKB Kota Bogor Buka Pintu Koalisi

Hanya Raih 4 Kursi DPRD, PKB Kota Bogor Buka Pintu Koalisi

Megapolitan
Ahmed Zaki Bertemu Heru Budi, Silaturahmi Lebaran Sambil Diskusi Daerah Khusus Jakarta

Ahmed Zaki Bertemu Heru Budi, Silaturahmi Lebaran Sambil Diskusi Daerah Khusus Jakarta

Megapolitan
Toyota Fortuner Picu Kecelakaan Tol MBZ, Ternyata Mobil Dinas Polda Jabar...

Toyota Fortuner Picu Kecelakaan Tol MBZ, Ternyata Mobil Dinas Polda Jabar...

Megapolitan
Truk Trailer Terbalik di Clincing akibat Pengemudinya Kurang Konsentrasi

Truk Trailer Terbalik di Clincing akibat Pengemudinya Kurang Konsentrasi

Megapolitan
Penyidikan Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Belum Final...

Penyidikan Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Belum Final...

Megapolitan
Motor Warga Kampung Pugur Dicuri, Maling Beraksi Saat Korban Olahraga Pagi

Motor Warga Kampung Pugur Dicuri, Maling Beraksi Saat Korban Olahraga Pagi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com