Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkait Video Mesum, Basuki Instruksikan Copot Kepsek SMP Negeri 4

Kompas.com - 25/10/2013, 22:56 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama meminta Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) DKI Taufik Yudi Mulyanto untuk mengganti posisi Kepala Sekolah (Kepsek) SMP Negeri 4, Jakarta Pusat.

Instruksi Basuki tersebut terkait beredarnya video asusila yang dilakukan oknum pelajar sekolah tersebut. "Oh iya, memang kita lagi ngomong dengan Pak Taufik. Dia yang bisa kasih jawabannya," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Jumat (24/10/2013).

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto mengatakan, Kepala Sekolah SMP Negeri 4 baru saja menjabat. Karena itu, pihaknya masih terus mempertimbangkan usulan Basuki tersebut.

Kepala Sekolah itu, kata Taufik, akan tetap diberi sanksi, tetapi tetap diimbangi dengan melihat prestasi yang telah diperolehnya. Ia juga menegaskan selama kegiatan belajar mengajar (KBM), siswa dilarang untuk menggunakan alat komunikasi dan kamera.

Selain itu, Dinas Pendidikan DKI juga berencana mengadakan rehabilitasi dalam waktu dekat ini. Sementara untuk oknum pelaku akan dikenakan sanksi sesuai dengan perbuatannya.

Tindak asusila itu, kata dia, juga berpengaruh terhadap siswa lainnya yang jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan oknum yang terlibat. "Ternyata setelah kita dalami lebih jauh dengan prinsip school manage, persoalan dalam kelompok kecil ini sangat memengaruhi siswa lainnya," kata Taufik.

Rehabilitasi kepada para siswa itu diyakininya dapat meminimalisasi dampak psikologis yang dialami mereka yang tidak terlibat secara langsung. Terlebih lagi, saat ini, sekolah tempat mereka menuntut ilmu menjadi sorotan media massa.

Sementara para pelaku video asusila tersebut telah diberikan sanksi sesuai dengan bobot kesalahan serta edukasi mengenai kesalahan yang telah dilakukan. Pihak sekolah juga telah mengembalikan siswa pria kepada orangtuanya untuk dipindah sekolah ke tempat lainnya.

Sementara untuk pihak siswi, hingga saat ini belum memenuhi panggilan sekolah. "Kita sadari ketidakhadirannya pasti dia mengalami depresi. Mereka akan tetap menerima sanksi dan jangan lagi diberi sanksi sosial dan sanksi moral yang akan sangat hebat karena perjalanan hidupnya masih panjang," ujar mantan Kepala Dinas Olahraga dan Pemuda DKI tersebut.

Kasus ini terungkap setelah orangtua siswi SMP Negeri 4 melaporkan bahwa anaknya dipaksa berhubungan intim dengan seorang temannya. Kejadian tersebut sengaja direkam dengan telepon genggam temannya yang lain.

Peristiwa itu terjadi pada Jumat (13/9/2013) pukul 11.50. Saat itu, seorang siswi AE tengah turun dari kelasnya setelah jam pelajaran usai. Sesampainya di lantai dasar, teman korban berinisial A mengajaknya ke salah satu ruangan untuk bertemu dengan teman lainnya, yakni CN, CD, DN, IV, dan WW.

Ketika korban masuk, selain ada teman-teman yang disebut tadi, ternyata sudah ada seorang pria yang merupakan adik kelas mereka, FP. Di ruangan itu, A menyuruh AE untuk berhubungan intim dengan FP.

Teman-temannya yang lain merekam dengan menggunakan telepon genggam. Menurut orangtua AE, A mengancam AE dengan menggunakan pisau dan akan melukainya jika tidak melakukan apa yang ia suruh. A juga mengancam AE akan menyebar video yang telah direkam teman-temannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jenazah Taruna STIP Korban Penganiayaan Senior Belum Dibawa ke Rumah, Keluarga Hindari 'Beban Mental'

Jenazah Taruna STIP Korban Penganiayaan Senior Belum Dibawa ke Rumah, Keluarga Hindari "Beban Mental"

Megapolitan
Polisi Sita 3 Sajam dari Pelaku Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Sita 3 Sajam dari Pelaku Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
Tak Ada Korban Jiwa dalam Kecelakaan Beruntun Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ

Tak Ada Korban Jiwa dalam Kecelakaan Beruntun Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ

Megapolitan
Sopir JakLingko Ugal-Ugalan Saat Bawa Penumpang, Komisaris Transjakarta Janji Evaluasi

Sopir JakLingko Ugal-Ugalan Saat Bawa Penumpang, Komisaris Transjakarta Janji Evaluasi

Megapolitan
Petugas Kebersihan Tewas Tertabrak Mobil di Km 39 Tol Cijago Depok

Petugas Kebersihan Tewas Tertabrak Mobil di Km 39 Tol Cijago Depok

Megapolitan
Pemprov DKI Seleksi Paskibraka 2024, Bakal Dikirim ke Tingkat Nasional

Pemprov DKI Seleksi Paskibraka 2024, Bakal Dikirim ke Tingkat Nasional

Megapolitan
Ditampilkan ke Publik, 4 Pengeroyok Mahasiswa di Tangsel Menunduk dan Tutupi Wajah

Ditampilkan ke Publik, 4 Pengeroyok Mahasiswa di Tangsel Menunduk dan Tutupi Wajah

Megapolitan
Tanah Longsor di Perumahan New Anggrek 2 Depok Berulang Kali Terjadi sejak Desember 2022

Tanah Longsor di Perumahan New Anggrek 2 Depok Berulang Kali Terjadi sejak Desember 2022

Megapolitan
Curhat Jukir Liar di Minimarket: Orang Mau Kasih Uang atau Tidak, Saya Enggak Paksa...

Curhat Jukir Liar di Minimarket: Orang Mau Kasih Uang atau Tidak, Saya Enggak Paksa...

Megapolitan
Polisi Tetapkan 4 Tersangka dalam Kasus Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tetapkan 4 Tersangka dalam Kasus Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
4 Pelaku Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Ditangkap Polisi, Ini Perannya

4 Pelaku Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Ditangkap Polisi, Ini Perannya

Megapolitan
Gerindra Kota Bogor Buka Peluang Bentuk Koalisi 'Gemuk' pada Pilkada 2024

Gerindra Kota Bogor Buka Peluang Bentuk Koalisi "Gemuk" pada Pilkada 2024

Megapolitan
Sudah dengan PKB, Gerindra Kota Bogor Masih Buka Peluang Koalisi dengan Partai Lain

Sudah dengan PKB, Gerindra Kota Bogor Masih Buka Peluang Koalisi dengan Partai Lain

Megapolitan
Khawatirnya Mahmudin soal Rencana Penertiban Juru Parkir Liar, Tak Bisa Lagi Cari Nafkah...

Khawatirnya Mahmudin soal Rencana Penertiban Juru Parkir Liar, Tak Bisa Lagi Cari Nafkah...

Megapolitan
Ketua STIP Sebut Kasus Penganiayaan Putu akibat Masalah Pribadi, Pengamat: Itu Salah Besar, Tidak Mungkin

Ketua STIP Sebut Kasus Penganiayaan Putu akibat Masalah Pribadi, Pengamat: Itu Salah Besar, Tidak Mungkin

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com