Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

73.000 TKI Terancam Deportasi, Kedubes Arab Saudi Didemo

Kompas.com - 08/11/2013, 12:46 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi bersama berbagai elemen yang tergabung dalam jaringan solidaritas peduli tenaga kerja Indonesia (TKI) Arab Saudi menggelar unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Arab Saudi di Jalan MT Haryono, Cawang, Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat (8/11/2013).

Unjuk rasa tersebut mendesak Pemerintahan Arab Saudi dan juga Indonesia mengupayakan cara terbaik terhadap nasib sekitar 730.000 TKI, yang terancam dideportasi karena belum dapat memperbaruhi dokumen keimigrasian setelah jatuh tempo dari masa amnesty, pada 3 November 2013 kemarin.

Direktur Eksekutif Migran Care Anis Hidayah mengatakan, Pemerintah Indonesia tidak boleh lamban dalam menangani TKI di Arab Saudi. "Saya kira pemerintah kita harus tanggap darurat. Melakukan diplomasi dengan Arab Saudi untuk perlindungan terhadap TKI kita yang tidak dapat memperbaharui dokumen," kata Anis, ditemui di sela-sela unjuk rasa, Jumat siang.

Penyebab gagalnya para TKI memperbaharui dokumen keimigrasian mereka, lanjut Anis, lantaran kepengurusan Imigrasi di Arab Saudi hanya buka 1 hari dalam satu minggu, yakni pada hari Kamis saja. Sementara tenaga kerja yang bekerja dan mengurus dokumen sangat banyak, bukan hanya berasal dari Indonesia melainkan dari negara lain.

"TKI kita sudah mendapatkan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) dari Kedutaan kita. Tetapi, masih perlu validasi data di Imigrasi Arab," ujar

Anis. Peran Kedutaan Indonesia dalam mengeluarkan SPLP bagi TKI, menurutnya, masih lamban. Hal itu mengingatkannya akan kerusuhan yang terjadi di kedutaan besar Indonesia yang berujung pembakaran pada Juli silam.

Di samping itu, untuk memperbaharui dokumen, TKI Indonesia juga mesti mendapat persetujuan dari majikannya. Sebab di Arab Saudi masih menganut sistem Kaffalah.

"Sitem itu seperti sponsorship, di mana TKI yang masuk dan pulang mesti mendapat persetujuan dari majikan itu membuat sulit buruh untuk memproses pembaharuan dokumen mereka," ujar Anis.

Pantauan Migrant Care melalui jaringannya di Arab Saudi, kata Anis, sudah terjadi razia yang dilakukan terhadap para TKI karena tidak dapat memperbaharui dokumen. Razia tersebut menyebabkan ribuan TKI yang tak berdokumen di sana bergerak ke Kedutaan Besar Indonesia di Arab untuk mencari perlindungan.

Akan tetapi, para TKI tersebut justru diarahkan untuk menyerahkan diri menuju Tarhil atau penjara Imigrasi yang berada di Sumaisyi, di Jeddah. "Pada hari pertama, sudah dipenuhi oleh 7.500 buruh tak berdokumen dalam kondisi tanpa pasokan logistik yang memadai, bahkan mereka hanya bertahan dengan meminum air kran toilet," papar Anis.

Dalam aksinya kali ini, pihaknya mendesak agar Pemerintah Arab Saudi tidak melakukan razia dengan cara kekerasan terhadap para TKI tak berdokumen dan memastikan perlakuan terhadap TKI yang berada di penjara imigrasi secara manusiawi. Jalannya aksi unjuk rasa sendiri mendapat pengawalan dari petugas pengaman dalam kedutaan Arab Saudi dan juga aparat kepolisian.

Para pengunjuk rasa membawa spanduk menyerukan "stop kekerasan" dan "save TKI, save Indonesia".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com