Dengan menggunakan kernmantle rope atau tali statis penyelamat, ketiga teknisi itu mulai memanjat Tugu Monas setinggi 132 meter. Rencananya, pada Kamis (8/5/2014) siang ini, mereka akan mulai turun dari puncaknya dan membersihkan tugu serta badan Monas.
Ketua Tim Pembersih, Thorsten Moewes, mengatakan, pihaknya memerlukan waktu sekitar 2 minggu untuk membersihkan Monas. "Kira-kira 10-12 hari membersihkannya," kata Moewes saat ditemui wartawan setelah memanjat Tugu Monas.
Ia menjelaskan, sebelum membersihkan Monas, Kaercher juga pernah membersihkan monumen bersejarah lainnya di dunia, di antaranya Menara Eiffel di Paris. Menurut dia, setiap monumen unik dan memiliki karakter tersendiri. Dengan teknologi yang digunakannya, Moewes meyakini dapat membersihkan dinding Tugu Monas yang tampak kusam.
Untuk membersihkan badan Tugu Monas, teknologi yang digunakan adalah alat high pressure washer HDS 12/18-4 S. Alat pembersih ini menghasilkan air panas bertekanan tinggi yang keluar dari mesin melalui pipa semprot yang diaplikasikan dalam tekanan rendah di bagian marmer Tugu Monas. Pembersihan itu melindungi lapisan terluar Monas.
"Masing-masing monumen bisa pakai teknologi air panas atau air dingin, tergantung material monumen tersebut. Biasanya kita melakukan tes terlebih dahulu, alat mana yang kita pakai dan cocok dengan materialnya," papar Moewes.
Berdasarkan hasil pemantauan tim teknisi Kaercher, kotoran yang menempel di cawan dan Tugu Monas berasal dari debu dan polusi udara Jakarta. Hal itu menyebabkan bagian tugu dan bawah puncak yang terbuat dari marmer Italia itu menjadi kusam, berminyak, dan berwarna kehitaman.
Selanjutnya tim pembersih akan mengeringkan sisa-sisa air yang kotor dengan mesin sikat pengering BD 530 Ep.
Rencananya, pada 16-18 Mei 2014 mendatang menjadi finalisasi pembersihan serta pembongkaran instalasi pembersihan.
Sejak didirikan pada tahun 1961, Tugu Monas baru dibersihkan pertama kali pada tahun 1992. Pembersihan pada tahun ini merupakan yang kali kedua dilakukan Kaercher.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.