Namun kemarin, sebelum dibersihkan, PT Karcher Indonesia bersama pengelola Monas melakukan ritual selamatan.
"Saat ini kami lakukan selamatan sebelum dikerjakan pembersihan. Supaya semuanya berjalan lancar, aman, dan sehat," kata Kepala Unit Pengelola Monas, Rini Hariyani, ditemui kemarin.
PT Karcher Indonesia, selaku pihak yang akan "memandikan" Monas, berencana mendatangkan tim ahli dari Jerman yang memulai bekerja dari 8 hingga 18 Mei 2014. Ketiganya diklaim ahli menangani pembersihan berbagai monumen yang ada di dunia.
Fransisca Natalia W, Senior Manager Marketing and Business Development Kaercher Indonesia, mengatakan, tim ahli dari Jerman tersebut akan membersihkan dengan cara memanjat seperti tim pemanjat tebing. Mereka akan membersihkan dengan tali khusus mulai dari bagian cawan, batang Tugu Monas, sampai puncak.
Dikatakan Fransisca, pihaknya merasa yakin tidak akan menemui kesulitan atau kendala saat membersihkan Monas. Ini sebab, sebelumnya Karcher pernah melakukan pengerjaan serupa.
Sebanyak 20 tenaga ahli dan teknisi berpengalaman dari Karcher nantinya akan memanjat tugu sambil membersihkan badan tugu yang menjadi ikon kota Jakarta ini.
"Besok kita akan mulai pembersihan dari cawan selama seminggu. Lalu dilanjutkan dari puncak ke atas. Tidak ada kesulitan karena memang mereka tenaga ahli yang sudah berpengalaman," tuturnya.
Leher Monas
Kondisi memprihatinkan terlihat di bagian leher Monas. Debu berwarna hitam melekat di marmer di batangan leher Monas.
"Saat ini, kondisi Monas tidak bersih. Oleh sebab itu dibersihkan biar kinclong. Di bagian leher paling parah karena debu dan polusi udara," tutur Rini.
Suplai air bersih
Menurutnya, yang paling penting dari pembersihan Monas itu adalah suplai air bersih yang memadai. Tanpa adanya suplai air bersih, debu-debu yang menempel di Monas tidak bisa dibersihkan.
"Saat ini instalasi peralatan dulu sebelum pembersihan. Kita membutuhkan air dengan 100 derajat celsius untuk pembersihan dan tidak menggunakan bahan kimia," pungkasnya.
Rini mengatakan, pihaknya sangat beruntung karena masih ada pihak yang memperhatikan ikon bersejarah itu. Pasalnya, sudah hampir 22 tahun, Monas tidak pernah "dimandikan". (Bintang Pradewo)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.