Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tempat di Masa Depan untuk Museum

Kompas.com - 19/05/2014, 20:46 WIB
KOMPAS.com - Museum selalu diasosiasikan dengan menengok ke masa lalu, mempelajari perjalanan manusia, teknologi yang dipakai, hingga proses geologi yang berlangsung ribuan tahun silam. Semua bisa dipelajari dengan mendatangi bangunan museum, mendatangi satu demi satu barang yang diperagakan sembari membaca keterangannya.

Meskipun tidak perlu merogoh kantong terlalu dalam untuk masuk ke museum, minat kunjungan ke sana belum menggembirakan. Padahal, setidaknya terdapat 275 museum yang tersebar di seluruh Indonesia dan kebanyakan hanya diselimuti debu karena sepi pengunjung.

Museum masih menggeliat hingga kini karena aktivitas kunjungan siswa sekolah atau sebagian orangtua yang memilih menghabiskan waktu keluarga di museum.

Bagaimana membuat museum tetap relevan di zaman digital seperti ini? Mendekatkannya ke anak muda, tentu dengan teknologi pula.

Itulah yang dilakukan sekitar 30 orang yang tergabung dalam Studio Anantarupa sewaktu memperkenalkan Virtual Reality Museum di tengah perhelatan Museum Week di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta. Proyek tersebut berupaya menghadirkan koleksi museum tanpa harus seseorang melangkahkan kaki.

Caranya yakni dengan memanfaatkan teknologi Oculus Rift, sebuah perangkat virtual reality berupa kacamata yang dipasang menutupi separuh wajah bagian atas. Di dalamnya, mata pengguna akan tertuju pada layar yang menampilkan gambar tiga dimensi dan memberikan respons sesuai arah pandangan berdasarkan sensor accelerometer dan gyroscope. Selain perangkat tersebut, masih ada penyuara kuping untuk mendengarkan narasi dari tampilan virtual reality tersebut.

Sewaktu dikenakan, yang tersaji di dalam mata adalah sebuah ruang bundar berisi sepuluh arca dari era Kerajaan Majapahit yang dipajang berjajar serta dua pintu besar yang membelah ruangan. Untuk berinteraksi dengan koleksi tersebut, pandangan mata hanya perlu difokuskan ke salah satu arca dan otomatis kita seolah bergerak mendekat dan mendengar deskripsi mengenai nama dan kisah di baliknya.

Menurut Direktur Anantarupa Ivan Chen, masih terbuka peluang untuk mengembangkan konten digital tersebut seperti menambah koleksi untuk bisa dilihat.

Sebanyak 10 arca yang ada berasal dari penelusuran gambar di internet kemudian dibuat model tiga dimensi berdasarkan interpretasi divisi artistik. Beberapa koleksi berasal dari Museum Tropen di Belanda, Museum di San Francisco, Amerika Serikat, serta koleksi pribadi.

Saat ini, Anantarupa tengah mempersiapkan pengadaan 30 unit Oculus Rift dan komputer untuk sekolah-sekolah di Jakarta. Apabila berhasil menggandeng sponsor, peluang untuk menambah jumlah yang dibagikan bakal terbuka lebar.

”Tujuan kami, setiap sekolah memiliki koleksi museum sehingga mereka tetap bisa belajar tanpa harus datang ke museum,” ujar Ivan.

Lain lagi dengan yang dilakukan Riefa Istamar yang terlibat dengan Museum Project. Ia menghadirkan foto 360 derajat beresolusi tinggi dari bangunan museum. Dengan demikian, pengunjung situsnya seolah dapat berkeliling lewat dunia maya.

Saat ini, pengerjaan proyek tersebut masih dilakukan sendirian oleh Riefa. Berbekal kamera SLR digital dan peralatan khusus untuk mengambil gambar panorama, dia mengambil satu demi satu titik di museum lantas digabung dengan perangkat lunak khusus. Hasilnya adalah tur virtual yang bisa dinikmati setiap orang, tinggal dinikmati dari meja komputer dengan bantuan tetikus (mouse).

Dalam situsnya, baru ada lima museum yang berhasil dipetakan Riefa, yakni Museum Bank Indonesia, Museum Pos Indonesia, Museum Konferensi Asia-Afrika, Museum Negeri NTB, dan Museum Puri Lukisan di Bali.

Riefa menjelaskan, salah satu kendala yang dia hadapi adalah izin dari pengelola museum dan keterbatasan sumber daya karena semuanya harus dilakukan sendiri.

”Saya baru saja mendapatkan izin untuk mengerjakan satu museum lagi bulan depan,” ujarnya.

Tujuan dari digitalisasi museum ini bukanlah menggantikan peran mereka. Menurut Ivan, keberadaan teknologi ini diharapkan dapat mendorong kepedulian generasi muda bahwa banyak hal yang bisa dipelajari dengan belajar ke museum. Dengan demikian, museum tetap menjadi pusat pendidikan tanpa harus tertinggal di masa lalu. (Didit Putra Erlangga Rahardjo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com