Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua Yayasan Sekolah St Maria Imaculata Bantah Kekerasan pada Siswanya

Kompas.com - 09/06/2014, 16:25 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Menyikapi laporan orangtua dari siswi berinisial SAH (14), pihak Sekolah Berkebutuhan Khusus (ABK) Santa Maria Imaculata membantah telah melakukan kekerasan terhadap muridnya tersebut. Pihak sekolah menyatakan, laporan dari TH tentang kekerasan itu tidak benar.

"Kami menyatakan bahwa laporan dari saudara TH akan adannya kekerasaan fisik terhadap anaknya adalah tidak benar dan fitnah," kata Ketua Yayasan, Imaculata Yanuar, kepada wartawan di kantor Komisi Nasional Perlindungan Anak, Jakarta Timur, Senin (9/6/2014).

Imaculata menyatakan, kondisi lebam pada fisik anak SAH adalah indikasi dari penyakit kelaianan imunitas yang disebut dengan ITP (Idiophactic Trombocytopenic Purpura). Salah satu penyebab lebam-lebam di bagian tubuh itu, menurutnya, karena menurunnya trombosit yang terus menerus sehingga anak harus menjalani transfusi darah.

"Kami merasa di posisi sangat yakin kami tidak melakukan kekerasan," ujar Imaculata.

Menurutnya, penderita ITP akan dengan mudah mendapat bekas seperti lebam hanya dengan menekan bagian tubuhnnya sendiri. Luka lebam ditubuh SAH, menurutnya, karena korban kerap melukai dirinya sendiri.

Mengenai adanya luka bakar pada yang ditemukan di kedua telapak kaki korban, ia menyebut hal itu diakibatkan pengobatan alternatif dengan obat tradisional Tiongkok yang tengah dijalani SAH. Selain itu, lanjutnya, pihaknya membantah dugaan yang menyebutkan SAH mengalami kekerasan seksual. Adanya luka pada bagian vaginanya disebabkan oleh dirinya sendiri.

Dari kasus tersebut, Imaculata mengatakan, ayah SAH disebutkan meminta tanggung jawab Rp 35 juta dan Rp 11 juta perbulan hingga anaknya sembuh total. Pihaknya kemudian berinisiatif memberikan bantuan biaya rumah sakit Rp 20 juta. Sebab, keluarga korban menyatakan tidak mampu dan tidak punya asuransi untuk pengobatan anaknya.

"Saya sudah transfer Rp 5 juta, untuk misi kemanusiaan. Saya pikir mungkin memang bayar rumah sakit mahal. Sisanya Rp 15 juta saya berniat kasih langsung," ujarnya.

Namun, Imaculata mengaku batal memberikan sisa uang tersebut. Sebab, saat bertemu TH di Bandung, kondisi ekonomi keluarga TH ternyata merupakan keluarga mampu.

"Karena yang bersangkutan orang kaya, saya bawa pulang tidak jadi. Karena indikasinya sudah tidak baik. Di Bandung ketemu Pak TH itu juga tidak ada kata-kata tentang kekerasan fisik anaknya," ujarnya.

Pihaknnya menambahkan, merasa tidak nyaman dengan kehadiran TH yang sempat mendatangi sekolah bersama dua orang, satu mengaku sebagai saudara dan yang satu lainnya mengaku sebagai media. TH, menurutnya, memang pernah mengirim pesan singkat kepada pihak sekolah yang intinnya bila keinginannya tidak dipenuhi maka kejadian itu akan diekspose ke media.

Sebelumnya, SAH yang dititipkan orangtuanya di sekolah berasrama itu, mengalami luka lebam di beberapa bagian tubuh yang diduga akibat kekerasan dari pihak sekolah. Selain itu, orangtua korban menyatakan, anaknnya mengalami luka bakar dan rusak pada bagian kelaminnya.

Kasus tersebut sudah dilaporkan orangtua SAH ke Mapolres Metro Jakarta Timur dan Komnas PA. Kedua belah pihak sudah pernah bermediasi untuk menyelesaikan permasalahan itu. Rencananya, mediasi kembali akan dilakukan dalam waktu dekat bersama Komnas PA.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Berkah' di Balik Sumpeknya Macet Jakarta, Jambret Pun Terjebak Tak Bisa Kabur

"Berkah" di Balik Sumpeknya Macet Jakarta, Jambret Pun Terjebak Tak Bisa Kabur

Megapolitan
Ibu di Tanjung Priok Dikira Penculik, Ternyata Ingin Cari Anak Kandung yang Lama Terpisah

Ibu di Tanjung Priok Dikira Penculik, Ternyata Ingin Cari Anak Kandung yang Lama Terpisah

Megapolitan
Dituduh Ingin Culik Anak, Seorang Ibu di Tanjung Priok Diamuk Warga

Dituduh Ingin Culik Anak, Seorang Ibu di Tanjung Priok Diamuk Warga

Megapolitan
KNKT Bakal Cek Percakapan Menara Pengawas dan Pilot Pesawat yang Jatuh di BSD

KNKT Bakal Cek Percakapan Menara Pengawas dan Pilot Pesawat yang Jatuh di BSD

Megapolitan
Mekanisme Pendaftaran PPDB di Jakarta 2024 dan Cara Pengajuan Akunnya

Mekanisme Pendaftaran PPDB di Jakarta 2024 dan Cara Pengajuan Akunnya

Megapolitan
Cerita Saksi Mata Jatuhnya Pesawat di BSD, Sempat Berputar-putar, Tabrak Pohon lalu Menghantam Tanah

Cerita Saksi Mata Jatuhnya Pesawat di BSD, Sempat Berputar-putar, Tabrak Pohon lalu Menghantam Tanah

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 20 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 20 Mei 2024

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 20 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 20 Mei 2024

Megapolitan
Modus Maling Motor di Jakut, Cegat Korban di Tengah Jalan dan Tuduh Tusuk Orang

Modus Maling Motor di Jakut, Cegat Korban di Tengah Jalan dan Tuduh Tusuk Orang

Megapolitan
Detik-detik Terjatuhnya Pesawat Latih di BSD, Pilot Serukan 'Mayday!' lalu Hilang Kontak

Detik-detik Terjatuhnya Pesawat Latih di BSD, Pilot Serukan "Mayday!" lalu Hilang Kontak

Megapolitan
Saksi Sebut Satu Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas

Saksi Sebut Satu Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas

Megapolitan
Polisi: Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh dan Tak Ada Luka Bakar

Polisi: Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh dan Tak Ada Luka Bakar

Megapolitan
Nasib Pejabat Kemenhub Dicopot dari Jabatan Buntut Injak Kitab Suci demi Buktikan ke Istri Tak Selingkuh

Nasib Pejabat Kemenhub Dicopot dari Jabatan Buntut Injak Kitab Suci demi Buktikan ke Istri Tak Selingkuh

Megapolitan
Jambret Ponsel Pelajar, Pengemudi Ojol Dikejar Polantas di Bekasi

Jambret Ponsel Pelajar, Pengemudi Ojol Dikejar Polantas di Bekasi

Megapolitan
Polisi Masih Tunggu Izin Keluarga untuk Otopsi Tiga Korban Pesawat Jatuh di BSD

Polisi Masih Tunggu Izin Keluarga untuk Otopsi Tiga Korban Pesawat Jatuh di BSD

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com