"Kami menyatakan bahwa laporan dari saudara TH akan adannya kekerasaan fisik terhadap anaknya adalah tidak benar dan fitnah," kata Ketua Yayasan, Imaculata Yanuar, kepada wartawan di kantor Komisi Nasional Perlindungan Anak, Jakarta Timur, Senin (9/6/2014).
Imaculata menyatakan, kondisi lebam pada fisik anak SAH adalah indikasi dari penyakit kelaianan imunitas yang disebut dengan ITP (Idiophactic Trombocytopenic Purpura). Salah satu penyebab lebam-lebam di bagian tubuh itu, menurutnya, karena menurunnya trombosit yang terus menerus sehingga anak harus menjalani transfusi darah.
"Kami merasa di posisi sangat yakin kami tidak melakukan kekerasan," ujar Imaculata.
Menurutnya, penderita ITP akan dengan mudah mendapat bekas seperti lebam hanya dengan menekan bagian tubuhnnya sendiri. Luka lebam ditubuh SAH, menurutnya, karena korban kerap melukai dirinya sendiri.
Mengenai adanya luka bakar pada yang ditemukan di kedua telapak kaki korban, ia menyebut hal itu diakibatkan pengobatan alternatif dengan obat tradisional Tiongkok yang tengah dijalani SAH. Selain itu, lanjutnya, pihaknya membantah dugaan yang menyebutkan SAH mengalami kekerasan seksual. Adanya luka pada bagian vaginanya disebabkan oleh dirinya sendiri.
Dari kasus tersebut, Imaculata mengatakan, ayah SAH disebutkan meminta tanggung jawab Rp 35 juta dan Rp 11 juta perbulan hingga anaknya sembuh total. Pihaknya kemudian berinisiatif memberikan bantuan biaya rumah sakit Rp 20 juta. Sebab, keluarga korban menyatakan tidak mampu dan tidak punya asuransi untuk pengobatan anaknya.
"Saya sudah transfer Rp 5 juta, untuk misi kemanusiaan. Saya pikir mungkin memang bayar rumah sakit mahal. Sisanya Rp 15 juta saya berniat kasih langsung," ujarnya.
Namun, Imaculata mengaku batal memberikan sisa uang tersebut. Sebab, saat bertemu TH di Bandung, kondisi ekonomi keluarga TH ternyata merupakan keluarga mampu.
"Karena yang bersangkutan orang kaya, saya bawa pulang tidak jadi. Karena indikasinya sudah tidak baik. Di Bandung ketemu Pak TH itu juga tidak ada kata-kata tentang kekerasan fisik anaknya," ujarnya.
Pihaknnya menambahkan, merasa tidak nyaman dengan kehadiran TH yang sempat mendatangi sekolah bersama dua orang, satu mengaku sebagai saudara dan yang satu lainnya mengaku sebagai media. TH, menurutnya, memang pernah mengirim pesan singkat kepada pihak sekolah yang intinnya bila keinginannya tidak dipenuhi maka kejadian itu akan diekspose ke media.
Sebelumnya, SAH yang dititipkan orangtuanya di sekolah berasrama itu, mengalami luka lebam di beberapa bagian tubuh yang diduga akibat kekerasan dari pihak sekolah. Selain itu, orangtua korban menyatakan, anaknnya mengalami luka bakar dan rusak pada bagian kelaminnya.
Kasus tersebut sudah dilaporkan orangtua SAH ke Mapolres Metro Jakarta Timur dan Komnas PA. Kedua belah pihak sudah pernah bermediasi untuk menyelesaikan permasalahan itu. Rencananya, mediasi kembali akan dilakukan dalam waktu dekat bersama Komnas PA.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.