KOMPAS.com - Mereka pergi meninggalkan rumah tanpa pamit, tanpa kabar berhari-hari. Sanak keluarga kalang kabut mencari-cari. Rupanya, anak-anak itu tengah mengejar ”mimpi”: bekerja dengan gaji Rp 15 juta per bulan!
Tiga pekan terakhir, Daryati (32) tak henti mencari AA (14), buah hatinya. Daryati mendatangi rumah saudara, mengecek ke rumah teman-teman sepermainan AA, tetapi tak ada yang tahu ke mana anaknya pergi. Dia lalu melapor ke kantor polisi.
Warga Semper Barat, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, itu melapor telah kehilangan anak pertamanya ke Polsek Cilincing. Saat meninggalkan rumah, AA diduga pergi mengantar adiknya berangkat sekolah. Namun, dia tak kembali hari itu.
”Sampai beberapa hari sejak melapor ke polisi, tidak ada informasi keberadaan anak saya. Saya lalu telusuri sendiri bersama keluarga,” kata Daryati.
Rupanya, tak hanya Daryati yang kehilangan anak. Tamoni (40), warga Warakas, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, juga pontang-panting mencari AO (14), anak keempatnya. AO pergi dan tak kembali pada hari pengambilan rapor dua pekan lalu.
”Ada tetangga yang melihatnya pergi membonceng seorang remaja putri. Entah ke arah mana dan tujuan mereka ke mana. Saya tunggu sampai sore, dia tak kembali, sampai dua minggu kemudian,” kata Tamoni.
Tamoni mendengar kabar dari keluarga teman sepermainan AO. Isinya, mereka mengendus keberadaan AO dan beberapa anak-anak seusianya di daerah Koja, Jakarta Utara. Namun, mereka belum tahu AO, AA, dan anak-anak itu berada.
Kamis (2/7) malam, Sri Mulyana (40), warga Bulakcabe, Kecamatan Cilincing, mendadak cemas. NA (17), anak ketiga dari delapan bersaudara itu, tak kembali hingga tengah malam. ”Biasanya setiap pukul 21.00 dia sudah di rumah, bahkan sudah tidur. Namun, sore kemarin dia tidak berbuka puasa di rumah dan sampai malam tidak kembali,” kata Sri.
Iming-iming gaji
AA, AO, dan NA adalah remaja putri dari keluarga miskin. Mereka tinggal di rumah kontrakan dengan tarif sewa Rp 300.000 hingga Rp 500.000 per bulan. Kecuali NA yang telah lulus SMP, AA dan AO masih duduk di kelas II SMP.
Tak jelas apa yang memotivasi anak-anak itu meninggalkan rumah tanpa pamit. Namun, menurut penelusuran Daryati, anaknya pergi karena iming-iming kerja dengan gaji hingga Rp 15 juta per bulan. Tawaran itu datang dari teman AA di situs jejaring sosial.
Selain iming-iming kerja, AA diduga pergi karena tertekan akibat tidak naik kelas. Keluarganya pernah menawarkan pindah sekolah, tetapi AA belum mengiyakannya.
”Dia (AA) barangkali tak puas dengan kondisi (ekonomi) di rumah. Namun, saya dan suami berusaha memenuhi kebutuhannya, memintanya berhati-hati dalam bergaul dan memilih teman,” kata Daryati.
Daryati bergerak bak penyidik. Dia mengecek sekecil apa pun informasi dari teman AA, tetangga, dan saudara. Dia akhirnya menemukan rumah yang diduga menampung AA dan sejumlah remaja putri lain.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Utara Ajun Komisaris Besar Azhar Nugroho menambahkan, petugas menggerebek sebuah rumah indekos di daerah Koja, Jakarta Utara. Ada sembilan perempuan di rumah itu. Tujuh di antaranya, berumur kurang dari 20 tahun. Mereka pun di bawa ke unit perlindungan perempuan dan anak untuk pemeriksaan, termasuk AA, AO, dan NA. Dua lainnya diperiksa di unit reserse kriminal.
”Kami masih menyelidiki dugaan tindak pidana perdagangan orang dan mencari penanggung jawab yang mengajak dan mengiming-imingi anak-anak tersebut,” kata Azhar. (Mukhamad Kurniawan)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.