Sistem itu ada pada pemesanan tiket secara online. Dengan sistem tersebut, tiket harus sesuai dengan identitas. Tiket pun bisa dibeli H-90 sebelum keberangkatan.
Kesesuaian tiket itulah yang membuat calo kesulitan ruang geraknya. "Kesesuaian tiket dengan identitas itu kan sebenarnya sudah mempersulit gerak percaloan," kata Agus, Jumat (25/7/2014).
Ketika para calo akan menjual kembali tiket kepada korban atau calon penumpang, otomatis harus melalui sistem pembatalan kereta lebih dulu. Maka dari itu, lanjutnya, sulit untuk mereka mau lakukan aksi percaloan.
"Sulit dibuktikan, apalagi sekarang online. Karena online bisa diambil orang lain. Lalu refund-nya 40 hari kemudian dan ada potongan 25 persen," ujar Agus.
Menurut Agus, aparat keamanan sudah diterjunkan untuk mengamankan setiap stasiun. Mereka juga berjaga untuk mengantisipasi peredaran calo.
Tiap stasiun ada sekitar 48-50 aparat dari TNI, Polri, serta pegawai internal atau polisi khusus KA. Hal tersebut, tambahnya, menjadi bagian utama untuk meningkatkan mutu pelayanan serta keamanan saat memasuki stasiun.
Selain itu, ada juga pengawalan dari anggota Polisi dan Brimob di lokomotif yang mengawasi perjalanan KA. "Semua keamanan itu aparat gabungan semua," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.