JAKARTA, KOMPAS.com — Pada saat anak lain seusianya beristirahat bahkan bermain seusai menuntut ilmu, Joshua (10), bocah kelas IV SD tersebut lebih memilih untuk bekerja, layaknya orang dewasa.
Saat wartawan menemuinya di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu, ia tengah asyik memanggil dan membujuk penumpang dengan teriakan polosnya agar naik ke sebuah angkutan umum jurusan Kampung Melayu-Pasar Senen.
"Yang Senen-Senen, ayo Bu, Pak, enggak ngetem nih, langsung berangkat, ayo-ayo," teriak Joshua yang masih mengenakan seragam sekolah setelan putih-putih dan sebuah tas rajut selempang melingkar di badannya.
Di sela kesibukannya itu, ia bercerita bahwa kegiatannya sebagai pencari penumpang tersebut merupakan rutinitas wajib seusai pulang dari sekolahnya, setiap pukul 11.30 WIB, di Sekolah Dasar 19 Pagi, Cipinang Muara, Jakarta Timur.
"Ya udah pulang sekolah, Kak, saya ke sini aja nyari sewaan (penumpang). Senang aja kok begini, nyari uang jajan juga," ujar Joshua seraya tertawa.
Ia mengatakan, bekerja mencari penumpang angkutan umum di terminal merupakan inisiatif pribadi dan bukan atas paksaan atau desakan orangtua. Joshua menyadari bahwa kehidupan keluarganya memang serba pas-pasan. Ayahnya bekerja serabutan, sedangkan ibunya sebagai ibu rumah tangga biasa.
Bocah bertubuh tambun itu pun mengakui bahwa ia tinggal di rumah yang sempit beratapkan lapisan seng, dan jika siang hari Joshua merasakan kepanasan saat berada di rumahnya.
"Di rumah mah panas banget, enggak bisa ngapa-ngapain jadinya. Mendingan main ke luar sambil begini dah (kerja sebagai pencari penumpang)," ujarnya.
Joshua kadang mendapatkan penghasilan Rp 10.000 sampai Rp 15.000 setiap harinya, dari pulang sekolah hingga siang hari, sekitar 2-3 jam. Kemudian Joshua mengatakan, dari uang hasil kumpulan tersebut, ia sisihkan sebesar Rp 7.000 sampai Rp 9.000 untuk ditabungnya. "Sisanya dijajanin," kelakar khas bocah ingusan itu kepada Kompas.com.
Sulaiman (41), seorang sopir mikrolet, mengatakan cukup heran dan terharu atas aksi kerja keras dari anak seusia anaknya tersebut. "Anak saya seumuran dia itu, tapi dia perempuan. Terharu saya, kadang suka bandingin sama orang gede yang segar bugar malah kerjanya minta-minta, duduk doang. Kalau pas saya ngetem ada dia, suka saya kasih lebih kok," sebut dia.
Selain Sulaiman, seorang penumpang bernama Radiah (32) bangga sekaligus terharu atas kondisi anak-anak yang kini mulai merasakan kejamnya kehidupan di Jakarta. "Kerasnya Jakarta, dia sudah merasakan ya. Untuk usia 10 tahun kasihan kalau dia harus kerja, enggak selayaknya sebenarnya. Kasihan masa kecil dia terenggut karena harus kerja. Sedih sama semangat bocah itu," ujar Radiah yang turut memberikan tip kepada bocah SD tersebut.
Sebelum Kompas.com beranjak dari lokasi terminal, Joshua sempat mengatakan untuk berjanji kepada wartawan. "Tapi kak, jangan dikasih tahu ke ayah sama ibu saya ya (di rumah). Nanti takutnya saya dimarahin," mohon dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.