Ditemui di Gedung Program Pascasarjana UI, Salemba, Jakarta Pusat, Gita mengungkapkan jika Ryan merupakan sosok yang banyak bicara.
"Nah, mungkin kalau sama orang lain, Ryan memang pendiam. Tapi, kalau sama saya, justru dia banyak bicara kok. Kami suka bertemu dan ngobrol. Anaknya ceria juga kok," kata Gita, Selasa (5/8/2014).
Kepada Kompas.com, sebelumnya, Gita mengaku jika lupa dengan sosok alumnus Program Pascasarjana Departemen Ilmu Administrasi tersebut. Namun, setelah mengobrol lebih lama, akhirnya ia mengingatnya.
Gita menambahkan jika Ryan pernah memberikan parsel buah ketika Lebaran. "Kemarin itu dosen dan teman-teman banyak yang tanya tentang dia, tapi saya lupa," katanya. "Tapi, akhirnya saya ingat. Saya ingat kalau dia pernah memberikan parsel buah saat Lebaran kepada saya," ujar dia lagi sambil tertawa.
Gita yang kini sudah berpindah posisi sebagai Staf Sekretariat Pemegang Data Kelas Kerja Sama ini mengaku prihatin dengan Ryan. "Prihatin. Padahal, dia itu pintar juga kan. Mungkin saja dia depresi atas apa yang dihadapinya itu," ujar Gita.
Ryan, pria penderita depresi, sempat mengajukan permohonan uji materi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 344 terhadap UUD 1945 ke Mahkamah Konstitusi. Pasal itu digugat lantaran dianggap tidak melegalkan upaya bunuh diri. Suntik mati pun dipilihnya sebagai jalan terakhir lantaran depresi dan ketidakmampuannya berobat ke psikiater.
Baca juga: MK Diyakini Akan Tolak Gugatan "Suntik Mati" Ryan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.