Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sang Penghina Jokowi Tersandung Kebebasan "Facebook"

Kompas.com - 04/11/2014, 08:42 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com- Tak pernah terbayang dalam benak Muhammad Arsyad (24), pemuda tukang tusuk sate menyandang status tersangka penghina Joko Widodo, akan merasakan jeruji penjara. Sebagai seorang pengguna sosial media, dia merasa terjebak dalam situasi yang tak disangka menjeratnya itu.

Dalam bincang-bincang Arsyad dengan Kompas.com, Senin (3/11/2014), Arsyad mengaku Facebook bukan mainan sehari-harinya. Remaja masjid yang aktif dalam kegiatan salah satu organisasi Islam ini mengaku tidak ada keinginan hati membuat Facebook kala itu.

"Saya takut buat Facebook, saya bilang FB (singkatan Facebook) pasti ada yang negatif. Ada gambar, foto enggak jelas jadi bahan omongan, hujatan, yang tidak boleh sama agama," ujar Arsyad.

Ia pun mengakui sosial media itu dapat menyeret orang pada ranah hukum. Orang, kata dia, bisa ditangkap dan masuk penjara karena ulah permainan sosial media.

Ia juga mendengarkan ceramah yang rutin digelar bahwa tidak diperbolehkan membuat, atau bahkan memainkan sosial media yang dapat menjerumuskan orang pada penghinaan.

"Dalam agama kan memang tidak diperbolehkan. Waktu itu habib dalam ceramah juga bilang jangan buat FB mending ngaji baca Al-Quran. Makanya saya tidak buat FB," kata Arsyad.

Namun, pengaruh teman pergaulan membuat Arsyad terlena dan seraya melupakan pesan serta keyakinannya itu. Tahun 2010, Arsyad iseng pergi bersama temannya. Teman Arsyad ini memiliki akun Facebook dan termasuk anggota aktif dalam sosial media besar itu.

Tak ada iri atau keinginan hati memiliki akun Facebook bagi Arsyad. Sayangnya, godaan teman Arsyad untuk bersedia membuatkan akun pribadi mampu melunakkan keyakinan Arsyad.

"Saya mah enggak ngerti. Dibilang mau buatin, saya bilang jangan. Tapi dia bilang lihat dulu nanti kegunaannya," tutur sulung empat bersaudara ini.

Arsyad pun akhirnya mengaku 'meng-iya-kan' kesediaan temannya tersebut. Di saat masa kampanye calon presiden-wakil presiden RI, kegilaan Arsyad akan sosial media meninggi karena bergabung dalam grup yang sama sekali tak dikenalnya. Arsyad, saat itu, masih menganggur dan hanya menghabiskan waktu untuk mengaji, mendengarkan ceramah, serta kegiatan keagamaan lain di kelompok atau di sekitar rumahnya.

Pengaruh Facebook dalam masa kampanye itu nyatanya kuat hingga menarik Arsyad menjadi pecandu sosial media. Arsyad pun menjadi sering ke warung internet (warnet) untuk sesekali mengecek akun Facebook.

Di masa kampanye itu, Arsyad diundang masuk dalam grup pro-kontra dua pasangan capres-cawapres. Sebagai pengguna, ia pun menyetujui undangan grup itu. "Grupnya aktif semua penggunanya. Ada banyak grup tapi saya cuma sering sama tiga grup aja," kata dia.

AntiJokowi, JokowiPresidenku, dan PrabowoHatta menjadi tiga grup teraktif yang diikuti Arsyad melalui akun Facebook-nya. Hujatan, saling mem-posting gambar, adu komentar, editan gambar dengan beragam kreasi tumpah di grup-grup itu. Semua perbincangan dalam grup hanya tertuju pada capres-cawapres itu.

Saat ada postingan menarik dan mendapat komentar, Arsyad pun menganggap candaan itu dengan mengambil dan menyimpannya di album foto akun pribadi Arsyad. Kemudian, untuk menarik posting-an lainnya Arsyad kembali mem-posting gambar yang diambilnya ke grup yang sama.

"Pikiran saya anak-anak banget karena belum kerja senang main pas liat posting-an kayak tertantang. Padahal tahu itu mereka saling menghujat bahkan gambar tidak senonoh dimasukin juga di FB," lanjut dia.

Tergiur akan reaksi teman grup, ia pun menjadi sering mem-posting kembali tulisan atau gambar orang. Ia mengaku tidak mengetahui cara mengedit gambar dan tulisan, sehingga hanya dapat mengambil dan mem-posting kembali.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Megapolitan
Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke 'Call Center' dan Medsos

Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke "Call Center" dan Medsos

Megapolitan
Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Megapolitan
Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Megapolitan
Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Megapolitan
Kecelakaan yang Libatkan Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kecelakaan yang Libatkan Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ Diselesaikan secara Kekeluargaan

Megapolitan
Kronologi 4 Warga Keroyok Mahasiswa yang Beribadah di Kontrakan Tangsel

Kronologi 4 Warga Keroyok Mahasiswa yang Beribadah di Kontrakan Tangsel

Megapolitan
Viral Video Pelecehan Payudara Siswi SMP di Bogor, Pelaku Diduga ODGJ

Viral Video Pelecehan Payudara Siswi SMP di Bogor, Pelaku Diduga ODGJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com