Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kartu Tumpang-tindih

Kompas.com - 05/11/2014, 14:56 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah warga miskin pemegang Kartu Perlindungan Sosial gagal menukarkan kartu itu dengan Kartu Keluarga Sejahtera untuk memperoleh dana bantuan Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar. Mereka juga bingung dengan banyaknya kartu jaminan sosial yang telah diberikan pemerintah selama ini dengan nama yang berbeda-beda.

Harapan Sri Sulastri dan sejumlah warga miskin lainnya memperoleh KIS dan KIP pupus karena ditolak oleh petugas Kantor Pos Jakarta Timur di Jalan Pemuda, Selasa (4/11). Menurut Sulastri, mestinya dia bisa memperoleh layanan KIS dan KIP. Hal itu karena keduanya memegang Kartu Perlindungan Sosial sebagai syarat utama untuk mengakses KIS dan KIP.

Bahkan, penerapan KIS dan KIP ini juga menuai pertanyaan dari ibu tiga anak ini. Untuk sekarang saja, menurut dia, ada lebih dari tiga kartu jaminan sosial yang dipegang, tetapi belum tentu semuanya bisa digunakan.

Sulastri, warga Cipinang ini, menyatakan memiliki tiga kartu jaminan sosial, yakni Kartu Perlindungan Sosial (KPS), Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Kartu Jakarta Sehat (KJS). Namun, oleh guru di tempat anaknya sekolah di SD 03 Cipinang, dia diminta memilih jaminan sosial yang akan digunakan untuk biaya anaknya sekolah. ”Saya diminta memilih, mau menggunakan Bantuan Siswa Miskin dari KPS atau KJP,” katanya.

Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Lasro Marbun mengatakan, KIP dan KJP bisa saling melengkapi. ”KJP basis datanya kemiskinan faktual, menyesuaikan fakta di lapangan, bukan berdasarkan data kuantitatif dari BPS. KIP kemungkinan menggunakan data BPS,” katanya.

Harmonisasi

Lasro mengatakan memang perlu ada harmonisasi kedua kartu itu di lapangan untuk melihat adakah irisan yang tertinggal atau kurang tepat sasaran bagi penerima. Tetap akan ada pemisahan, mana yang menjadi sasaran KJP dan mana yang menjadi sasaran KIP. Namun, lanjut Lasro, keduanya saling mendukung.

Hal senada diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dien Emawati. Dia menuturkan, ada sejumlah kartu berbasis pelayanan kesehatan, seperti KIS, KJS, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dan BPJS Kesehatan. Data penerima KJS juga berdasarkan survei faktual di lapangan, bukan dari BPS seperti yang digunakan di KIS.

”KIS dan KJS sama-sama untuk kalangan miskin. KIS bisa menutupi kekurangan KJS, yaitu warga miskin yang tidak punya KTP DKI Jakarta, tetapi tinggal di Jakarta. Misalnya para penyandang masalah kesejahteraan sosial. Mereka tak bisa mendapatkan KJS karena tak memiliki KTP DKI Jakarta,” ujar Dien.

Pengelola sejumlah rumah sakit di Jakarta tidak melakukan persiapan khusus setelah peluncuran KIS. Rumah sakit akan melayani pemegang KIS dengan kualitas yang sama dengan pemegang kartu Jaminan Kesehatan Nasional.

Kepala Satuan Pelaksana Pemasaran RSUD Cengkareng, Agung Rusyana mengatakan, pelayanan pemegang KIS sama dengan pemegang kartu JKN.

Aktivis sosial sekaligus Ketua RW 19 Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Ricardo Hutahaean, menyebutkan, sejumlah kekurangan yang selama ini dikeluhkan antara lain program tidak mengatur kepesertaan orang telantar dan tanpa identitas, bayi yang lahir dari peserta program, serta masalah pembayaran yang tidak sesuai dengan tarif.

Dalam sejumlah kasus di Jakarta Utara, pasien telantar di rumah sakit karena kesalahpahaman tafsir mengenai aturan. Pada satu kasus, pasien bisa melahirkan secara normal dan gratis di satu rumah sakit, tetapi pada kasus lain pasien harus membayar biaya perawatan bayi di rumah sakit lain.

Akhiri tumpang-tindih

Antropolog dari Universitas Gadjah Mada, M Pande Made Kuta Negara, dan Prof Heddy Shri Ahimsa Putra berpendapat, sebelum pemerintah pusat mengakhiri tumpang-tindih program jaminan kesehatan dan jaminan pendidikan di pusat, lebih baik program pusat tersebut jangan dipaksakan dulu ke pemerintah daerah. (FRO/MDN/MKN/WIN/DNA/JAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Megapolitan
Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Megapolitan
Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com