Salah satunya adalah Kusrin (62), sopir Metromini 610 Blok M-Pondok Labu. Kusrin menanggapi biasa saja terhadap kenaikan harga BBM. Sebab, ia berharap, pemerintah dapat memanfaatkan dana dari subsidi BBM yang dihilangkan itu untuk menjalankan program sosial lainnya.
"Asal kenaikan Rp 2.000 itu dimanfaatin untuk apa yang diusulkan pemerintah. Kalau solar ini naik untuk menyejahterakan masyarakat, misalnya kartu pintar atau kartu sehat, kan bermanfaat. Itu kalau benar dimanfaatkan buat itu," kata Kusrin kepada Kompas.com, di Terminal Blok M, Jakarta Selatan, Rabu (19/11/2014).
Ia mengakui bahwa kenaikan BBM itu berdampak pada pendapatannya. Menarik metromini seharian, dia mendapat penghasilan bersih berkisar Rp 100.000. Ia memperkirakan, jumlah itu akan berkurang saat ini.
Kusrin mengaku, dirinya tak mau menaikkan tarif secara sepihak. Ia berharap, sebelum ada keputusan penyesuaian tarif resmi, para penumpangnya dapat mengerti dengan membayar lebih.
"Masalahnya, kita kerja nyari rezeki yang barokah, halal. Kalau seandainya, orang itu kesadarannya enggak lahir batin, otomatis kan kita yang nanggung beban. Nanti kalau kita ngomong nagih lebih, kita juga salah. Kan tarifnya belum ditetapkan," ujar Kusrin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.