Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Saatnya Memulai Babak Baru Susun APBD yang Transparan

Kompas.com - 06/03/2015, 06:31 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menjelaskan pertentangannya dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI bukanlah untuk menunjukkan sensasi. Hanya saja, ia ingin memperlihatkan sudah saatnya penyusunan anggaran dilakukan transparan dan alokasinya tepat sasaran. 

"Sebetulnya ini saatnya, bukan masalah Ahok (panggilan akrab Basuki) dengan DPRD. Ini saatnya kami memulai babak baru menyusun APBD yang transparan," kata Basuki, di Balai Kota, Kamis (5/3/2015). 

Program penyusunan anggaran melalui e-budgeting ini sudah direncanakan Basuki saat menjadi pendamping Joko Widodo memimpin Jakarta. Saat itu, Jokowi yang masih menjadi Gubernur DKI Jakarta meyakini sistem e-budgeting dapat mengontrol penyusupan maupun penggunaan anggaran.

Kemudian Basuki menceritakan masa penolakan penggunaan e-budgeting pada tahun anggaran 2014 lalu. Jokowi dan Basuki berada dalam satu ruangan dan meminta pejabat satuan kerja perangkat daerah (SKPD) berkumpul.

"Kami berdua senyum-senyum, pusing kami, mau pingsan. Ngebaca gitu sakit kepala satu persatu mata anggarannya. Makanya di situ, beliau (Jokowi) bilang harus pakai sistem (penyusunan anggaran), kalau mau gampang cari satu-satu anggaran, pakai e-budgeting dan kami bisa tentukan program mana saja yang tidak boleh ada di dalam APBD," kata Basuki. 

Namun, program itu belum dapat terlaksana di tahun 2014, karena masih ada penolakan dari SKPD. Awal tahun 2015, Basuki mengaku banyak menstafkan para pejabat yang menolak menyusun anggaran dengan e-budgeting.

Salah satu contoh temuan anggaran "siluman" tahun 2014 akibat tidak menggunakan sistem e-budgeting adalah anggaran pengadaan perangkat uninterruptible power supply (UPS) di 49 sekolah, yang nilainya Rp 6 miliar tiap unitnya.

"Kami masukkan Pak Lasro Marbun menjadi Kepala Dinas Pendidikan. Beliau sudah memotong anggaran Rp 3,4 triliun di APBD karena 'siluman'. Eh begitu masuk APBD Perubahan, masuk anggaran miliaran rupiah untuk pengadaan UPS, makanya sekarang kami tunggu polisi selidiki dari APBD perubahan sampai pemasangan (UPS) di sekolah, tender sesuai enggak. Jangan-jangan UPS-nya sudah dipasang duluan loh baru tender," kata Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai 'Diviralkan' Pemilik Warteg

[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai "Diviralkan" Pemilik Warteg

Megapolitan
Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Megapolitan
Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Megapolitan
Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Megapolitan
Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com