Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Polisi Salah Tangkap Suami Saya..."

Kompas.com - 30/07/2015, 08:05 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Malam itu 25 September 2014, Nurohmah (24) sangat khawatir suaminya tidak kunjung pulang ke rumahnya. Padahal anaknya, Muhammad Ibrahim, sangat membutuhkan kehadiran ayahnya. Baim, panggilan Ibrahim, tengah mengalami kejang. Hanya ayahnya yang mampu meredakan gejala tersebut. Maklum anak pertama dari pasangan Dedi (34) dan Nurohmah itu lebih dekat dengan ayahnya ketimbang ibunya.

Akhirnya, Nurohmah pun bergegas mencari Dedi yang seharusnya sejak siang berada di pangkalan ojek dekat Pusat Grosir Cililitan (PGC). Namun, ia tidak menemukan Dedi.

"Saya tanya-tanya sama teman-teman suami saya, jawabnya pada enggak tahu. Akhirnya saya marah, enggak mungkin soalnya mereka enggak tahu, suami saya kan kerjanya bareng mereka," kenang Nurohmah saat ditemui di kediamannya, Rabu (29/7/2015).

Setelah itu, salah seorang teman Dedi menyarankan Nurohmah menanyakan keberadaan Dedi kepada orangtuanya yang tinggal tidak jauh dari PGC. Nurohmah pun menyambangi rumah mertuanya itu. Ia lantas terkaget-kaget suaminya diciduk polisi karena dituduh membunuh seorang sopir angkot. Ia tidak yakin Dedi melakukan hal itu karena suaminya termasuk orang yang pendiam dan sering pulang awal.

"Kejadian itu (pembunuhan) terjadinya tanggal 18 September 2014. Saat itu sorenya suami saya sudah di rumah, jadi enggak mungkin melakukan itu. Polisi salah tangkap suami saya...," ujar Nurohmah.

Ia menuturkan, pelaku sebenarnya adalah Dodi yang berprofesi sebagai sopir angkot. Dodi dan Dedi, kata dia, memang memiliki perawakan mirip. Namun keduanya tidak saling mengenal. Namun, apa daya, suara jeritan Nurohmah tidak didengar oleh kepolisian yang menangkap Dedi.

Tukang ojek itu pun ditahan di rumah tahanan Polrestro Jakarta Timur. Kemudian pemberkasannya diserahkan ke Pengadilan Negeri Jakarta Timur. Ia kemudian divonis dua tahun penjara oleh hakim PN Jaktim dan mendekam di Rumah Tahanan Cipinang.

Selama suaminya ditahan, Nurohmah harus menghidupi keluarganya. Pekerjaan suaminya menjadi tukang ojek pun dilakoninya demi menyambung hidup. "Saya ngojek dari jam 10 pagi sampai sore. Ya asal dapat duit buat ngasih makan anak saja," kata dia.

Setiap minggu, wanita ini juga menyempatkan membesuk suaminya di rutan. Sambal dan kerupuk pesanan suaminya tak pernah absen ia bawakan. Setiap suaminya menghadapi persidangan, ia pun turut hadir untuk memberikan semangat.

Sudah jatuh tertimpa tangga. Barangkali itu yang menggambarkan kondisi Nurohmah saat itu. Sebab, di saat kondisi sulit itu, anak semata wayangnya meninggal dunia. Baim dinyatakan kurang gizi oleh dokter. Sejak ditinggal Dedi, Baim memang menjadi sulit makan. Hampir tiap saat, ia juga selalu menanyakan Dedi. Ia pun meninggal pada 25 Januari 2015, tepat di usianya ke 3 tahun 4 bulan.

"Saya sering ditanya sama temen-temen suami saya di pangkalan ojek. 'Kok lu tegar banget sih, Nur, suami ditahan, anak meninggal lu masih kerja saja?' Ya saya kalau enggak kerja dapat uang dari mana buat ngehidupin diri saya sendiri? Apalagi saya juga butuh duit buat ke sana kemari ngurus suami," tutur Nurohmah.

Namun, kabar baik diterimanya pada Senin (27/7/2015) kemarin. Belum dua tahun, suaminya bisa bebas karena terbukti tidak bersalah. Atas perjuangan Nurohmah dibantu Lembaga Bantuan Hukum Jakarta yang mengajukan banding putusan PN Jaktim ke Pengadilan Tinggi, Dedi pun bisa bebas.

Belakangan, hakim Pengadilan Tinggi mengabulkan banding LBH. Dedi pun dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan. Melalui relaas No.142/PID/2015/PT.DKI Jo No.1204/Pid.B/2014/PN.Jkt.Tim, hakim memutuskan Dedi tidak bersalah dan tuntutan jaksa penuntut umum tidak sah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com