Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harapan Masyarakat Pinggiran Jakarta terhadap LRT

Kompas.com - 10/09/2015, 09:09 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Yanto (28), warga Kalimang­gis, Cibubur, Kota Depok, begitu serius menyimak pidato Presiden Jokowi pada acara groundbreaking pembangunan kereta rel ringan (light rail transit/LRT) di Taman Mini, Jakarta Timur, Rabu (9/9/2015) pagi.

Meski hanya dari televisi 21 inci yang ada di rumahnya, Yanto yang mengaku sekampung dengan Jokowi ini begitu semringah. Dia berjanji kalau LRT beroperasi mau menjual sepeda motornya dan berpindah menggunakan angkutan massal itu.

Meski begitu, menurut dia, tarif Rp 15.000 terlalu mahal untuknya. Dia meminta tarifnya Rp 7.500 saja.

"Tapi tarifnya jangan Rp 15.000, kemahalan tuh, Rp 7.500 saja. Saya minta ke Pak Jokowi Rp 7.500 saja," ucapnya.

Sama seperti Yanto, Anisa (30) mengaku optimistis kehadiran LRT pada pengujung 2018 nanti akan memiliki dampak signifikan mengatasi kemacetan. Terlebih bagi mereka yang menggunakan angkutan umum.

"Saya tahu hari ini pembangunan LRT di­­mulai. Meski baru selesai dibangun tahun 2018, tapi mudah-mudahan bisa mengatasi kemacetan. Karena sekarang ini kan macet di mana-mana. Disuruh naik transjakarta ternyata kena macet juga," ujar pengguna bus transjakarta itu.

Perempuan berkerudung itu mengatakan, seharusnya pemerintah sudah membangun transportasi LRT sejak beberapa tahun lalu, yakni sebelum kemacetan Jakarta separah sekarang.

Sementara itu, warga lainnya, Wati (25), justru tidak yakin LRT akan menyelesaikan kemacetan di Jakarta.

"Jakarta itu sudah parah banget macetnya. Kalau cuma kereta sih enggak bisa mengatasi kemacetan. Aku pikir kalau pemerintah mau mengurangi macet, mendingan membatasi produksi mobil atau motor. Soalnya yang bikin macet sekarang kan kendaraan pribadi," kata pekerja di Jalan Jenderal Sudirman itu.

Selain itu, harga tiket LRT yang diperkirakan antara Rp 10.000-Rp 15.000 juga masih terlalu mahal. Sehingga, para pengguna transportasi umum akan berpikir dua kali untuk berangkat ke kantor menggunakan transportasi berbasis kereta itu.

"Sekarang yang pentingnya kan gimana caranya biar pengendara mobil pribadi pindah ke LRT. Hitung-hitungannya, kalau harga tiket Rp 15.000, PP berarti Rp 30.000, di kereta berdesak-desakan, ya jelas orang lebih memilih bawa mobil pribadi yang nyaman," jelas Wati, yang merupakan pengguna kereta Commuter Line yang setiap hari berangkat dari Bogor.

"Kalau aku sih pasti lebih pilih Commuter Line, soalnya enggak ada LRT dari Bogor. Tapi untuk sesekali coba sih enggak apa-apa, kalau setiap hari ya gaji habis untuk naik LRT dong," candanya.

Sedangkan pengguna jalan lainnya, Ari (27), mengaku enggan memanfaatkan jasa LRT karena lebih nyaman menggunakan sepeda motor.

"Setahu saya untuk warga dari luar Jakarta karena rutenya kan menghubungkan daerah di luar DKI seperti Bekasi, Cibubur, dan Tangerang menuju Jakarta. Kalau di dalam kota, ya tetap saja macet," katanya.

Kompas TV Presiden Resmikan Pembangunan LRT

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Senin 3 Juni 2024, dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Senin 3 Juni 2024, dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 'Horor' di Margonda pada Sabtu Sore | Polisi Jemput Paksa Pemilik Pajero Pelat Palsu yang Kabur di Jalan Tol

[POPULER JABODETABEK] "Horor" di Margonda pada Sabtu Sore | Polisi Jemput Paksa Pemilik Pajero Pelat Palsu yang Kabur di Jalan Tol

Megapolitan
Tanggal 6 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Megapolitan
Dharma Pongrekun-Kun Wardana Belum Penuhi Syarat Dukungan Ikut Pilkada Jakarta

Dharma Pongrekun-Kun Wardana Belum Penuhi Syarat Dukungan Ikut Pilkada Jakarta

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Ibu Diduga Cabuli Anak Laki-laki di Tangerang

Polisi Selidiki Kasus Ibu Diduga Cabuli Anak Laki-laki di Tangerang

Megapolitan
Alasan Pemilik Pajero Pakai Pelat Nomor Palsu: Cita-cita Sejak Kecil

Alasan Pemilik Pajero Pakai Pelat Nomor Palsu: Cita-cita Sejak Kecil

Megapolitan
Jalan Margonda Macet Parah Sabtu Malam, Pengendara Buka Pembatas Jalan dan Lawan Arah

Jalan Margonda Macet Parah Sabtu Malam, Pengendara Buka Pembatas Jalan dan Lawan Arah

Megapolitan
Polisi Tangkap Pencopet yang Beraksi di Kerumunan Acara Hari Jadi Bogor

Polisi Tangkap Pencopet yang Beraksi di Kerumunan Acara Hari Jadi Bogor

Megapolitan
'Horor' di Margonda Kemarin Sore: Saat Pohon Tumbang, Macet, dan Banjir Jadi Satu

"Horor" di Margonda Kemarin Sore: Saat Pohon Tumbang, Macet, dan Banjir Jadi Satu

Megapolitan
Antusias Warga Berebut Hasil Bumi di Dongdang pada Hari Jadi Bogor, Senang meski Kaki Terinjak

Antusias Warga Berebut Hasil Bumi di Dongdang pada Hari Jadi Bogor, Senang meski Kaki Terinjak

Megapolitan
Ketua DPRD Kota Bogor Mengaku Siap jika Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota

Ketua DPRD Kota Bogor Mengaku Siap jika Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota

Megapolitan
Polisi Jemput Paksa Pemilik Pajero Pelat Palsu yang Kabur di Jalan Tol

Polisi Jemput Paksa Pemilik Pajero Pelat Palsu yang Kabur di Jalan Tol

Megapolitan
Bisa Usung Calon Sendiri, PKS Belum Tentukan Jagoan untuk Pilkada Bogor 2024

Bisa Usung Calon Sendiri, PKS Belum Tentukan Jagoan untuk Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Sisa Banjir Sabtu Sore, Sampah Masih Berserakan di Jalan Margonda Depok

Sisa Banjir Sabtu Sore, Sampah Masih Berserakan di Jalan Margonda Depok

Megapolitan
Warga Ajak 'Selfie' Polisi Berkuda dan Polisi Satwa di CFD

Warga Ajak "Selfie" Polisi Berkuda dan Polisi Satwa di CFD

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com