Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Kadang Orang Suka "Nyindir", tetapi Tidak Kasih Solusi

Kompas.com - 08/10/2015, 07:51 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tak menampik anggapan bahwa Ibu Kota belum ramah bagi anak. Ia menanggapi pendapat Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait terkait peristiwa pembunuhan bocah PNF (9) yang ditemukan di dalam kardus di Kalideres, Jakarta Barat, pekan lalu. 

"Terus dia punya sarannya apa? Ngomong, dong. Jadi, kadang-kadang orang suka nyindir, tetapi enggak kasih tahu saya solusinya apa. Ngomong, dong," kata Basuki di Balai Kota, Rabu (7/10/2015). 

Menurut Basuki, pembunuhan bocah di bawah umur juga terjadi di kota lain, bahkan di negara maju lainnya, seperti Amerika Serikat. Di AS, kata Basuki, kasus anak-anak diculik, ditembak, serta dibunuh sering terjadi.

Ia menyebutkan, salah satu solusi mengantisipasi tingginya tingkat kriminalitas terhadap anak di bawah umur adalah pembangunan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA). Ahok pun menantang Arist mencalonkan diri sebagai gubernur pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI.

"Nyalon gubernur sekalian dong, dan kamu bisa keluarin ide. Siapa tahu kamu punya ide lebih cepat dari saya. Kamu bikin seluruh dunia enggak ada kejadian seperti itu, kan keren kan," kata Basuki.

Sebelumnya, Arist bersikap kritis terkait penghargaan Kota Ramah Anak yang diberikan Presiden Joko Widodo untuk Provinsi DKI Jakarta. Menurut Arist, penghargaan itu tidak pantas diberikan untuk Jakarta karena tingginya kasus kejahatan seksual terhadap anak.

"Pak Jokowi kan waktu hari anak sedunia menyebutkan Jakarta Kota Ramah Anak. Ini patut dipertanyakan ramah yang bagaimana? Bagaimana implementasi ramah anak? Angka terbesar (untuk) angka kejahatan seksual anak, Jakarta menempati urutan pertama," kata Arist. 

Berkaca pada tewasnya PNF, permasalahan yang harus diselesaikan bukan hanya terkait pengadaan CCTV, lampu penerangan jalan, dan RPTRA.

"Ini soal bagaimana pemerintah mampu bekerja sama dengan masyarakat, seperti orangtua, ulama, instansi terkait, soal perlindungan hak anak," kata Arist.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com