Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa DPRD Harus Ikut-ikutan Kunker ke Rotterdam?

Kompas.com - 09/10/2015, 08:45 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Fraksi PKS DPRD DKI Selamat Nurdin menjelaskan pentingnya melakukan kunjungan kerja ke luar negeri bagi kepentingan Pemerintah Daerah DKI. Dia mengambil contoh kunker ke Rotterdam yang sedang diwacanakan oleh Komisi D.

"Contohnya ke Belanda, di Belanda ada asistensi untuk reklamasi dan terkait program Giant Sea Wall juga. Eksekutif sudah ke sana nih. Nanti pas penganggaran, hasil kunker Gubernur disampaikan ke Dewan, yang mengesahkan siapa? Dewan kan," ujar Selamat ketika dihubungi, Jumat (9/10/2015).

Atas dasar itu, Selamat menilai kunker perlu dilakukan. Jika melihat-lihat tujuan kunker melalui YouTube, kata Selamat, anggota Dewan tidak bisa berbicara langsung dengan pemerintah setempat.

Meski menilai ada urgensi, Selamat mengatakan, kunjungan kerja ke Rotterdam itu juga belum pasti dilaksanakan. Sebab, berbeda dengan Gubernur, anggota Dewan harus melewatkan sejumlah prosedur untuk melakukan kunker luar negeri.

Pertama, mereka harus melakukan tahap korespondensi dengan pemerintah di negara tujuan. DPRD harus bersurat terlebih dahulu tentang niatnya yang ingin berkunjung. Kemudian, menunggu balasan dari negara tujuan tentang kesediaan mengundang anggota Dewan.

Jika kesepakatan telah terjadi, barulah anggota Dewan meminta izin ke Kementerian Dalam Negeri. Jika segala proses telah dipenuhi, barulah mereka bisa berangkat.

Untuk tahun ini, ada empat lokasi yang rencananya akan dikunjungi anggota Dewan yaitu Tokyo, Beijing, Korea, dan Los Angeles. Mengenai hal itu, Selamat mengaku belum tahu banyak tentang alasan negara itu dipilih. Akan tetapi, beberapa tempat seperti Korea dan Beijing ditentukan karena ada undangan dari mereka.

"Karena biasanya begitu, terkait sister city ya. Kalau mereka datang ke Jakarta biasanya setelah itu mereka mengundang kembali. Saya kurang tahu juga negara lain, tapi kalau Korea sepertinya memang ada undangannya," ujar Selamat.

"Jadi negara-negara itu dipilih bisa karena dua hal, bisa karena memang mendapat undangan atau ada usulan dari dalam, kalau usulan, prosesnya dengan tahap korespondensi tadi itu," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com