Yang ditanya mengangguk dan mengenalkan diri sebagai Asep Saepudin. "Tuh, kan, Asep Saepudin lagi, pasaran banget namanya," kata Asep Saepudin, pegawai TMII, disambut tawa para lelaki bernama Asep.
Di acara Kopaja yang dihadiri lebih dari 20 orang Asep itu, ada tiga orang yang bernama Asep Saepudin.
Dalam daftar hadir, setiap orang menuliskan nama lengkap. Sementara di kolom nama panggilan, tak pelak lagi semua hadirin menulis: Asep.
"Makanya, kalau manggil saya Asep Cepi," kata Asep Saepudin, Ketua Panitia Kopaja. Asep Saepudin yang lain dipanggil Asep Humas sesuai pekerjaannya di TMII.
Ditemani kudapan kacang, pisang, singkong rebus, buras alias arem-arem, dan kopi, teh, serta air putih, dibukalah Kopaja yang merupakan tindak lanjut Konperensi Asep-Asep atau "KAA" sekaligus merayakan Hari Pahlawan.
Sebelumnya, "KAA" lebih dulu digelar di Bandung, ibu kota Asep sedunia, 25 Oktober lalu, dan dihadiri hampir 600 orang bernama Asep.
Kopaja, menurut Ketua Paguyuban Asep Dunia (PAD) DKI Jakarta Asep Burhanuddin, diadakan untuk membahas kepengurusan, program kerja, dan sosialisasi anggaran dasar/anggaran rumah tangga PAD yang dulu bernama Paguyuban Asep (PA).
PAD lahir dari rahim jejaring sosial Facebook pada 2008 dan digagas oleh Asep Iwan Gunawan lewat grup "How Many Asep There Are in Facebook?".
Pada Agustus 2010, PA dikukuhkan sebagai komunitas resmi dan berganti nama menjadi PAD.
Selanjutnya, "KAA" pun digelar dengan membawa inspirasi Konferensi Asia Afrika (KAA yang asli) yang membawa perubahan dalam kehidupan dunia.
Nah, para Asep punya mimpi besar ingin turut mengubah dunia lewat aksi positif.
Nama Asep sendiri adalah produk asli peradaban Sunda. Asep diyakini lahir dari kata kasep dalam bahasa Sunda yang berarti tampan atau ganteng.
Asep pun punya turunan kata nama lain, seperti Usep, Uncep, Atep, Acep, Cecep, Encep yang juga berarti sama.
Sayang, lanjut anggota Dewan Pembina PAD, Marsekal Pertama Asep Chaerudin, masih banyak Asep yang minder.