"Jadi ngapain (kerja sama) dengan operator yang nakal-nakal? Sekarang kamu berani enggak, sanksi operator dengan mencabut kontraknya? Enggak berani, karena kamu enggak punya bus, enggak cukup bus kamu," kata Basuki, di Balai Kota, Senin (30/11/2015).
Selain itu, lanjut dia, sanksi yang ditetapkan pada operator dikontrak lama terlalu ringan. Sehingga mereka kerap mengabaikan pengelolaan serta perawatan bus-bus transjakarta.
Basuki mengaku telah menginstruksikan PT Transjakarta untuk membeli bus sebanyak-banyaknya. Baik bus single maupun bus gandeng. Pasalnya operator dengan mudah membeli bus dan mendapat jaminan.
"Kenapa PT TransJakarta enggak beli bus sendiri? Dia (operator) saja mampu ngutang, masa kita enggak bisa? Kita punya bank juga dan duitnya ada," kata Basuki.
Menurut Basuki, sanksi paling tepat terhadap operator nakal adalah cabut kontrak kerja sama. Namun kondisi saat ini, penumpang akan terbengkalai jika PT Transjakarta memutus kontrak dengan operator.
"Makanya inilah yang saya pengin, saya perintahkan direksi (PT Transjakarta), Anda harus beli bus yang cukup. Kalau operator (beli bus) banyak silakan saja, kami mau bikin (operasional transjakarta) 24 jam," kata Basuki.
Basuki tak mempermasalahkan pemberian penyertaan modal pemerintah (PMP) hingga Rp 3,5 triliun. Asalkan, warga Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Bogor, dan lainnya juga ikut terangkut.
Mereka juga tidak perlu membayar mahal tiket transjakarta, hanya membayar Rp 3.500 dan Rp 7.000 untuk tarif pulang pergi. Sehingga warha akan diuntungkan. Lambat laun, warga akan meninggalkan motor dan memilih menggunakan transjakarta.