Tari khas Sulawesi Utara itu dimainkan oleh penari pria selama lima menit. Tarian itu bercerita tentang perlawanan masyarakat di Minahasa terhadap penjajah dari Portugis.
Keberanian para penari pun ikut terpancar dari sorot mata tajam serta tameng dan pedang sebagai senjatanya.
Umumnya, tari itu dipertontonkan untuk menyambut tamu-tamu kenegaraan. Namun, kali ini tarian daerah itu ditunjukkan sebagai simbol kepedulian terkait pengeboman di Jalan MH Thamrin pada Kamis (14/1/2016) lalu.
"Ini sebagai bentuk kepedulian untuk pemulihan promosi wisata di Indonesia," ujar Ketua Gerakan Nasional Sadar Wisata (Gernasta) Yefri Efraim Tawalujan saat ditemui di kegiatan car free day (CFD), Minggu (17/1/2016).
Yefri menambahkan, promosi pariwisata ini juga berfungsi untuk mengurangi stigma negatif tentang Indonesia.
"Saya berharap, lewat momentum ini tidak hanya masyarakat lokal saja yang merasa tidak takut, tapi juga warga asing saat mereka berkunjung ke Indonesia," ungkapnya.
Selain Tari Kabasaran, Gernasta juga turut menampilkan tari poco-poco.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.