Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingin Belajar Toleransi dan Keindonesiaan, Ayo Gabung SabangMerauke 2016

Kompas.com - 24/01/2016, 12:28 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia merupakan negara besar dengan keberagaman suku, agama, budaya, dan bahasa. Keberagaman itulah yang membuat Indonesia semakin indah.

Namun kini banyaknya perbedaan itu justru menjadi isu sensitif antar warga. Tak sedikit konflik horizontal terjadi akibat perbedaan ini. 

Oleh karena itu, Seribu Anak Bangsa Merantau Untuk Kembali (SabangMerauke) kembali membuka program pertukaran pelajar antar daerah di Indonesia.

Program SabangMerauke ini akan mengajak 15 anak terpilih yang berasal dari berbagai daerah untuk merantau selama tiga minggu dan tinggal dengan keluarga angkat yang berbeda agama, suku, budaya, dan bahasa di Jakarta. 

Adapun program SabangMerauke 2016 ini akan berlangsung mulai 6 Agustus 2016 hingga 27 Agustus 2016. Program ini dikelompokkan menjadi tiga peserta. Yakni Adik Sabang Merauke (ASM), Kakak Sabang Merauke (KSM), dan Family Sabang Merauke (FSM).

Kepada Kompas.com, Managing Director SabangMerauke 2016 Irma Sela Karlina mengatakan waktu kegiatan program SabangMerauke 2016 jauh lebih panjang dibanding SabangMerauke 2015 lalu.

"Kalau SabangMerauke 2015 itu kegiatannya hanya berlangsung dua minggu, tapi SabangMerauke 2016 kegiatannya berlangsung tiga minggu. Kenapa? Karena kami melihat masih banyak nilai-nilai toleransi, pendidikan, dan keindonesiaan yang bisa ditanamkan lebih dengan menambah jumlah hari," kata Sela, di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sabtu (23/1/2016). 

SabangMerauke mengundang para peserta dan relawan untuk bergabung menjadi Adik, Kakak, dan Family SabangMerauke 2016. Pendaftaran peserta KSM dibuka dari tanggal 15 Desember 2016 hingga 31 Januari 2016.

Sementara untuk pendaftaran ASM dan FSM dimulai 15 Desember 2016 hingga 29 Februari 2016. Untuk kategori KSM, pendaftaran ditutup terlebih dahulu. Karena proses seleksi berlangsung panjang. Mulai dari diskusi, wawancara, hingga focus group discussion (FGD) studi kasus.

Sementara untuk pendaftaran kategori ASM dan FSM lebih lama karena membutuhkan waktu lama distribusi dari daerah.  Persyaratan peserta yang ingin bergabung dalam ASM adalah usia sekelas Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VIII dan kelas IX.

Untuk kategori KSM, merupakan mahasiswa aktif, minimal semester IV. Sementara untuk kategori FSM, merupakan keluarga yang bersedia meluangkan waktunya untuk menampung para peserta dari daerah.

Keluarga itu nantinya akan menganggap anak-anak daerah peserta SabangMerauke 2016 layaknya seperti anak sendiri. Bagi yang ingin mendaftar, dapat mengisi formulir di website SabangMerauke.org. Kemudian, bagi kategori FSM harus mengikuti sesi wawancara dan homevisit.

"Jadi kami datang ke keluarga peserta kategori FSM untuk survey sambil wawancara dan bertanya-tanya. Untuk daerah yang susah internet, kami juga bekerjasama dengan guru-guru di daerah, radio, gerakan pramuka. Kami kirim formulir ke mereka dan mereka bisa kirim lagi formulirnya ke kami," kata Sela. 

Tiap kategori dibatasi menjadi 15 peserta. Sela mengungkapkan, pendaftar peserta SabangMerauke selalu meningkat tiap tahunnya.

Seperti contohnya pada kategori ASM, tahun 2015 lalu, pendaftarnya mencapai 900 anak dan yang diterima hanya 15 anak. Ia menargetkan, ASM tahun ini mencapai 1000 pendaftar. Begitu pula dengan kategori KSM dan FSM juga dibatasi hanya 15 peserta. Ia berharap tiga minggu kegiatan itu dapat menanamkan nilai-nilai pendidikan, toleransi, dan keindonesiaan.

"Harapannya, saat adik-adik kembali ke daerahnya bisa menanamkan nilai dan menjadi duta toleransi, pendidikan dan duta keindonesiaan," kata Sela. 

Maksud duta toleransi adalah seseorang yang mampu menyebarkan bahwa Indonesia adalah negara yang sangat beragam dan keragaman itu sebagai suatu yang baik serta indah. Ia juga berharap, tidak ada lagi kecemburuan sosial antar daerah.

"Kita tidak perlu merasa bahwa orang Barat jauh lebih baik dari orang Timur atau sebaliknya, atau agama Islam lebih baik dari agama Kristen, misalnya. Karena hal-hal seperti itu terjadi di daerah mereka dan kami ingin menanamkan nilai toleransi sedini mungkin dan menyebarkan nilai itu ke teman-teman sebaya mereka," kata Sela.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com