Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jeritan Hati Pensiunan dengan Tanah dan Rumah Ber-NJOP Rp 2 Miliar

Kompas.com - 15/02/2016, 12:26 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Warga Ibu Kota mengeluhkan pajak bumi dan bangunan (PBB) di Jakarta yang terlampau mahal, khususnya bagi mereka yang punya lahan tempat tinggal luas.

Kebijakan Gubernur DKI Jakarta yang saat ini membebaskan PBB bagi rumah di bawah harga Rp 1 miliar dan tahun depan berencana membebaskan pajak bagi rumah di bawah luas 100 meter persegi dirasa belum mengena, khususnya bagi warga yang punya luas lahan di atas 100 meter persegi dan punya nilai jual obyek pajak (NJOP) di atas Rp 1 miliar.

Salah satunya Sumartono (74), warga Cempaka Putih Timur, Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Sumartono merasakan, pajak PBB yang harus dia bayarkan semakin tahun memberatkan. Pria yang punya luas tempat tinggal 280 meter persegi dengan NJOP di atas Rp 2 miliar itu sejak 2015 harus menyetor Rp 4,7 juta per tahun untuk bayar PBB.

"Saya kan sudah pensiun, penghasilan pensiun saya saja tidak sampai segitu, sedangkan saya mesti bayar air, listrik, biaya (pajak), itu berat buat saya," kata Sumartono kepada Kompas.com di kantor Unit Pelayanan Pajak Daerah (UPPD) Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Senin (15/2/2016).

Sumartono heran, mengapa pemerintah menetapkan pajak tempat tinggal terus naik. Kalau pun harus naik, dia berpendapat seharusnya kebijakan itu menyasar pengusaha atau pengembang properti.

"Kan enggak lucu, bangunan saya dari tahun 1970, enggak pernah berubah, enggak diusahakan, rumah tinggal, tetapi pajaknya naik," ujar Sumartono.

Ia berharap ini bukan karena para pengembang yang membeli lahan dengan harga mahal di Jakarta, warga pun ikut disamakan membayar pajak tinggi.

"Tanah itu, pemerintah harus punya tarif sendiri," ujarnya.

Soal kebijakan Ahok yang membebaskan tempat tinggal di bawah Rp 1 miliar, menurut dia, hal itu masih nanggung.

"Kalau mau dihapus, dihapus semua, kecuali pengusaha atau industri, atau tanah itu diusahakan. Pemerintah itu harus punya tarif sendiri (pajak untuk warga), jangan ikut pengembang," ujar dia.

Oleh karena, lanjut dia, bisa saja warga tak mampu suatu saat tidak dapat menempati Jakarta karena pajak yang tinggi.

"Lama-lama orang enggak punya enggak bisa tinggal di Jakarta. Saya pun lama-lama bisa pindah," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dishub Kota Bogor Lakukan Pengalihan Arus Lalin Saat Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542 Hari Ini

Dishub Kota Bogor Lakukan Pengalihan Arus Lalin Saat Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542 Hari Ini

Megapolitan
Mau Datang ke Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542, Cek di Sini 8 Kantong Parkirnya

Mau Datang ke Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542, Cek di Sini 8 Kantong Parkirnya

Megapolitan
Kuasa Hukum dan Keluarga Pegi Kecewa Tak Diundang Polisi ke Pra-rekonstruksi

Kuasa Hukum dan Keluarga Pegi Kecewa Tak Diundang Polisi ke Pra-rekonstruksi

Megapolitan
Kuasa Hukum Bantah Pegi Pakai Nama Samaran “Robi’ dan “Perong”

Kuasa Hukum Bantah Pegi Pakai Nama Samaran “Robi’ dan “Perong”

Megapolitan
Kaesang Pangarep dan Istrinya ke Tangerang, Nonton 'Baku Hantam Championship'

Kaesang Pangarep dan Istrinya ke Tangerang, Nonton "Baku Hantam Championship"

Megapolitan
Diisukan Bakal Dipindah ke Nusakambangan, Pegi Perong Tiap Malam Menangis

Diisukan Bakal Dipindah ke Nusakambangan, Pegi Perong Tiap Malam Menangis

Megapolitan
Juru Parkir Liar di JIS Bikin Resah Masyarakat, Polisi Siap Menindak

Juru Parkir Liar di JIS Bikin Resah Masyarakat, Polisi Siap Menindak

Megapolitan
Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Megapolitan
Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Megapolitan
Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Megapolitan
Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Megapolitan
Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Megapolitan
3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

Megapolitan
Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com