Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krishna Murti Tanggapi Kekecewaan Untung Sangaji

Kompas.com - 08/04/2016, 16:12 WIB
Akhdi Martin Pratama

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti termasuk anggota kepolisian yang ikut melawan aksi terorisme di kawasan dekat Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat, 15 Januari lalu.

Saat itu, dia juga bersama dengan AKBP Untung Sangaji, yang menembak salah satu teroris di depan Kafe Starbucks.

Menanggapi kekecewaan Untung Sangaji kepada Kapolri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti karena tidak mendapatkan kenaikan jabatan, Krishna mengingatkan bahwa penanganan aksi teroris tersebut bukanlah hasil kerja perorangan. Penanganan itu merupakan hasil kerja sama dari seluruh jajaran Polri.

"Jadi, itu bukan kerjanya perorangan. Jadi, kita enggak bisa klaim itu pekerjaan perorangan. Artinya, kita melaksanakan tugas sesuai peran dan tanggung jawabnya masing-masing," ujarnya di Mapolda Metro Jaya, Jumat (8/4/2016).

Krishna menambahkan, pada peristiwa tersebut, dia juga ada di lokasi. Dia juga tidak mendapat penghargaan dari Kapolri.

Ia mengaku tidak mempermasalahkan ketika dia tidak diberi penghargaan. Pasalnya, itu merupakan tanggung jawab dia sebagi polisi untuk melumpuhkan aksi terorisme.

"Kita kan kerja ikhlas lillahi ta'ala, memang sudah kewajibannya. Kalau dapet pin, saya juga enggak dapat pin. Yang di situ enggak semua dapat pin, enggak perlu kecil hati. Penghargaan itu yang penting dari Tuhan, bukan manusia," ucapnya.

Saat ditanyai mengenai Untung yang meminta kenaikan jabatan, Krishna mengatakan, itu adalah mutlak penilaian dari Kapolri. Menurut dia, penilaian tersebut tidak bisa didasari dari satu peristiwa saja.

"Pekerjaan polisi tuh sepanjang tahun, sepanjang hari, enggak cuma satu momen. Ya, kemudian ada penilaian lagi, pimpinan yang menilai. Kerja ikhlas saja tidak perlu memikirkan penilaian manusia," ujarnya.

Sebelumnya, AKBP Untung Sangaji yang terkenal karena aksinya melawan teroris di dekat Sarinah, Jakarta, mengungkapkan kekecewaannya kepada Kepala Polri Jenderal Pol Badrodin Haiti.

Penghargaan dari Kapolri memang dia dapatkan. Namun, ia mengaku kecewa tidak mendapat kenaikan pangkat atau jabatan di kepolisian.

"Kalau kecewa, pasti kecewa. Masa harus bohong. Orang bisa naik pangkat dari hasil kerja kita. Promosi sekolah, promosi job, kita enggak ada sama sekali," ujar Untung saat dihubungi, Jumat (8/4/2016).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Temuan Mayat dalam Toren di Pondok Aren, Polisi: Saat Terendam Air, Kondisi Korban Masih Hidup

Temuan Mayat dalam Toren di Pondok Aren, Polisi: Saat Terendam Air, Kondisi Korban Masih Hidup

Megapolitan
Tak Ada Luka di Tubuh Mayat dalam Toren di Pondok Aren Berdasar Hasil Otopsi

Tak Ada Luka di Tubuh Mayat dalam Toren di Pondok Aren Berdasar Hasil Otopsi

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Penemuan Mayat Membusuk di Dalam Toren | SIM C1 Resmi Diterbitkan

[POPULER JABODETABEK] Penemuan Mayat Membusuk di Dalam Toren | SIM C1 Resmi Diterbitkan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 29 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam Ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 29 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam Ini Cerah Berawan

Megapolitan
Rute Transjakarta 11W Stasiun Klender-Pulo Gadung

Rute Transjakarta 11W Stasiun Klender-Pulo Gadung

Megapolitan
Petugas Gabungan Tertibkan Parkir Liar di Senen, 25 Motor Diangkut

Petugas Gabungan Tertibkan Parkir Liar di Senen, 25 Motor Diangkut

Megapolitan
Warga di Pondok Aren Mengaku Tak Bisa Tidur Usai Temukan Mayat di Toren Air Rumahnya

Warga di Pondok Aren Mengaku Tak Bisa Tidur Usai Temukan Mayat di Toren Air Rumahnya

Megapolitan
Sebelum Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren Ditemukan, Warga Sempat Dengar Suara Jeritan

Sebelum Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren Ditemukan, Warga Sempat Dengar Suara Jeritan

Megapolitan
Kemen PPPA Beri Pendampingan Hukum untuk Siswi SLB yang Jadi Korban Pemerkosaan di Kalideres

Kemen PPPA Beri Pendampingan Hukum untuk Siswi SLB yang Jadi Korban Pemerkosaan di Kalideres

Megapolitan
Tuntut Pembatalan Bintang Empat Prabowo, Koalisi Masyarakat Sipil: Punya Rekam Jejak Buruk

Tuntut Pembatalan Bintang Empat Prabowo, Koalisi Masyarakat Sipil: Punya Rekam Jejak Buruk

Megapolitan
2 Anggota Satgas Pelajar Jadi Korban Tawuran di Bogor

2 Anggota Satgas Pelajar Jadi Korban Tawuran di Bogor

Megapolitan
Polisi Tangkap 11 Pelajar yang Terlibat Tawuran di Bekasi

Polisi Tangkap 11 Pelajar yang Terlibat Tawuran di Bekasi

Megapolitan
Polisi Lacak Penadah Sindikat Pencurian Motor di Palmerah

Polisi Lacak Penadah Sindikat Pencurian Motor di Palmerah

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Palmerah Incar Motor Warga yang Diparkir di Gang

Sindikat Pencuri di Palmerah Incar Motor Warga yang Diparkir di Gang

Megapolitan
Gugat Kenaikan Pangkat Prabowo, LBH Jakarta: Rawan Konflik Kepentingan

Gugat Kenaikan Pangkat Prabowo, LBH Jakarta: Rawan Konflik Kepentingan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com