Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Teuku Kemal Fasya

Kepala UPT Kehumasan dan Hubungan Eksternal Universitas Malikussaleh dan Dewan Pakar PW Nadhlatul Ulama Aceh. 

Mengkritik Ahok, Menghidupkan Demokrasi

Kompas.com - 14/04/2016, 20:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnu Nugroho

KOMPAS.com — Fenomena ini adalah sebuah ironi, tanggal 11 April 2016 adalah hari kemenangan bagi "Teman Ahok" karena berhasil mengumpulkan 532.000 data KTP sebagai syarat mencalonkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai gubernur melalui jalur perseorangan pada Pilkada 2017.

Namun, di sisi lain, di wilayah Penjaringan, Jakarta Utara, ada ratusan warga kawasan Pasar Ikan, Kampung Luar Batang, menangis melihat rumah-rumah mereka dirobohkan oleh alat berat dan dihadang oleh 4.000 aparat keamanan.

Ironi ini semakin pekat karena Ahok salah satu ikon perubahan demokrasi lokal di Indonesia.

Warga memang tidak melakukan perlawanan keras seperti di Kampung Pulo tahun lalu. Sebagian mereka terlihat pasrah dengan opsi satu-satunya, yaitu relokasi ke beberapa rusun yang jauh dari tempat mereka tinggal sebelumnya.

Relokasi pun tidak sederhana karena mereka terburai ke pelbagai rusun, seperti Rusun Rawa Bebek, Marunda, Muara Kapuk, dan lain-lain. Mereka yang dulunya berkerabat kini terpisah-pisah akibat proyek perencanaan spasial yang belum tentu tidak komersial.

Pupus sudah ingatan masa kecil bersama.

Warga tidak berontak karena sudah melihat kaleidoskop penggurusan pada era Ahok. Tidak ada yang berhasil mempertahankan diri dari upaya penggusuran, sekeras atau sebanyak apa pun tenaga dan air mata.

Sebulan sebelum penggusuran kawasan Pasar Ikan, Jakarta Utara, kawasan Kalijodo berhasil rata dengan cepat. Saat itu, ada justifikasi yang sifatnya moralistik, yaitu memberantas pelacuran dan bisnis haram.

Gusuran pun mulus karena tokoh antagonis (Daeng Azis) berhasil ditangkap polisi sebelumnya.

Model teknokratis yang merampas

Pola penggusuran selama ini kerap memakai pendekatan struktural dan legalistik, sedangkan pendekatan kultural dan humanistik diabaikan. Jarang dihitung kerugian akibat model penggusuran (eufemisme: relokasi) seperti kerugian sosio-kultural masyarakat.

Dian Ardiahanni/Kompas.com Suasana penertiban dikawasan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (11/4/2016).
Jika memakai perspektif tujuh unsur kebudayaan Prof Koentjaraningrat, warga Kampung Luar Batang telah dirampas paling tidak dua, yaitu sistem kemasyarakatan dan sistem ekonomi dan mata pencaharian.

Sebelumnya, masyarakat nelayan Pasar Ikan, Kampung Luar Batang, memiliki ruang habituasi cukup diakrabi, kini teralienasi secara struktural dan gradual akibat politik relokasi.

Belum lagi kultur "rumah kotak" tersusun vertikal yang tidak pernah dipahami oleh warga gusuran kini menjadi takdir ke depan mereka.

Rumah susun atau apartemen adalah konstruksi kultural masyarakat urban yang tidak hidup dalam sistem mata pencaharian bersifat komunalistik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com