Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Jangan Sampai Hanya Memindahkan Masalah ke Rusun"

Kompas.com - 21/04/2016, 17:11 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat perkotaan Universitas Trisakti Yayat Supriatna menilai, Pemprov DKI Jakarta saat ini hanya melakukan pemindahan pemukiman tanpa melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat.

Padahal, menurut dia, program penataan kawasan kumuh seharusnya didukung dengan program-program pemberdayaan masyarakat.

Sedianya, kata dia, setelah merelokasi warga yang terdampak penggusuran ke rumah susun, Pemrov memberikan pembinaan agar warga bisa bertahan hidup di rusun.

"Yang harus dipikirkan bagaimana kehidupan keberlanjutan mereka karena sampai saat ini itu belum terlihat program yang mendukung ketahanan ekonomi masyarakat," kata Yayat dalam sebuah diskusi di Gedung PWNU DKI Jakarta, Jalan Utan Kayu, Jakarta Timur, Kamis (21/4/1016).

(Baca: DPRD Akan Panggil Pihak Pemprov DKI Terkait Penertiban Pasar Ikan )

Yayat memahami bahwa Pemprov DKI Jakarta tengah menjalankan program seratus kosong seratus dalam meningkatkan pelayanan kondisi pemukiman.

Program tersebut dilakukan dengan mengoptimalkan pelayanan air minum, menghilangkan kawasan kumuh, dan memperbaiki program sanitasi.

Kendati demikian, terkait penghilangan kawasan kumuh, ia meminta Pemprov DKI Jakarta turut melakukan program rehabilitasi agar fungsi kawasan kumuh tersebut lebih baik.

"Nol (kosong) ini kumuh. Kota ini didorong supaya bisa meng-nol-kan kawasan-kawasan kumuh, mencoba meningkatkan kualitas kekumuhan itu dengan pogram rehabilitasi atau peningkatan fungsi kawasan menjadi lebih baik lagi," kata Yayat.

Upaya menghilangkan kekumuhan itu, kata dia, sedianya dilakukan dengan pembinaan ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Namun, Yayat menilai Pemprov DKI hanya berfokus pada pembinaan lingkungan, yaitu menghilangkan kawasan kumuh itu sendiri.

Ia menilai Pemprov belum melakukan pemberdayaan masyarakat sehingga rawan muncul persoalan baru ketika warga direlokasi dari kawasan kumuh ke rusun.

"Banyak fakta data menunjukkan banyak persoalan terjadi di rusun. Jangan sampai kita hanya memindahkan masalahnya. Jangan sampai terjebak pada bangunan fisik yang bagus masalahnya selesai," sambung Yayat.

(Baca: Kesan Warga Pasar Ikan yang Berjualan di Rusun Rawa Bebek)

Oleh karena itu, ia menekankan agar Pemprov DKI Jakarta lebih memperhatikan tingkat ekonomi, tingkat kesejahteraan, dan bagaimana masa depan warga Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebelum Penerimaan Dimoratorium, Catar STIP Sudah Bayar Rp 2 Juta untuk Seleksi Masuk

Sebelum Penerimaan Dimoratorium, Catar STIP Sudah Bayar Rp 2 Juta untuk Seleksi Masuk

Megapolitan
Harapan Baru Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris Turun Tangan dan Ungkap Kejanggalan Kasus Pembunuhan

Harapan Baru Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris Turun Tangan dan Ungkap Kejanggalan Kasus Pembunuhan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan SMK Lingga Kencana | Miliaran Hasil Parkir Mengalir ke Ormas dan Oknum Aparat

[POPULER JABODETABEK] Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan SMK Lingga Kencana | Miliaran Hasil Parkir Mengalir ke Ormas dan Oknum Aparat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 17 Mei 2024 dan Besok: Siang ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 17 Mei 2024 dan Besok: Siang ini Cerah Berawan

Megapolitan
Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW1

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW1

Megapolitan
Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Megapolitan
Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Megapolitan
Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Megapolitan
Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Megapolitan
Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Megapolitan
Merasa Ada Kejanggalan pada BAP, Hotman Paris Minta 8 Tersangka Kasus Vina Diperiksa Ulang

Merasa Ada Kejanggalan pada BAP, Hotman Paris Minta 8 Tersangka Kasus Vina Diperiksa Ulang

Megapolitan
Pemkot Jaksel Berencana Beri Pelatihan Kerja kepada Jukir Liar yang Terjaring Razia

Pemkot Jaksel Berencana Beri Pelatihan Kerja kepada Jukir Liar yang Terjaring Razia

Megapolitan
Modus Pencurian Mobil di Bogor: Jual Beli Kendaraan Bekas, Dipasang GPS dan Gandakan Kunci

Modus Pencurian Mobil di Bogor: Jual Beli Kendaraan Bekas, Dipasang GPS dan Gandakan Kunci

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Satu Pembegal Calon Siswa Bintara Ditembak Mati

Melawan Saat Ditangkap, Satu Pembegal Calon Siswa Bintara Ditembak Mati

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com