JAKARTA, KOMPAS.com — Elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok meningkat meski saat ini polemik pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras dan dugaan suap reklamasi pantai utara Jakarta sedang mengemuka. Peningkatan elektabilitas itu diketahui berdasarkan hasil survei yang dilakukan Populi Center pada April 2016.
Survei dilakukan dengan pertanyaan terbuka atau top of mind, "Jika Pilkada DKI Jakarta dilakukan hari ini, siapa yang paling layak dipilih menjadi Gubernur DKI Jakarta?"
"Temuan menarik dari survei ini adalah meski diterpa kontroversi, elektabilitas Ahok sedikit naik dibanding bulan Februari 2016, yaitu dari 49,5 persen menjadi 50,8 persen," kata peneliti Populi Center, Nona Evita, di kantor Populi Center, Jalan Letjen S Parman, Jakarta Barat, Senin (25/4/2016).
Survei ini dilakukan terhadap 400 responden di enam wilayah DKI Jakarta. Peningkatan elektabilitas juga terjadi pada nama lain yang digadang-gadang menjadi bakal calon gubernur DKI, yakni Yusril Ihza Mahendra. Bahkan persentase kenaikan elektabilitas Yusril lebih besar dibanding Ahok.
"Yusril menempati tempat kedua dan persentasenya naik dari 3 persen menjadi 5 persen pada bulan April," kata Nona.
Di peringkat selanjutnya ada pengusaha Sandiaga Uno serta mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Adhyaksa Dault. Keduanya mendapat persentase elektabilitas sebesar 1,5 persen.
Elektabilitas Wali Kota Bandung Ridwan Kamil atau Emil justru menurun drastis. Turunnya elektabilitas Emil diduga dipicu pernyataannya yang tidak akan mencalonkan diri dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.
"Elektabilitas Ridwan Kamil turun dari 7 persen pada bulan Februari menjadi 1 persen pada bulan April," kata Nona.
Sementara sebanyak 32,8 persen responden menjawab tidak tahu atau tidak menjawab. Sebanyak 7,8 persen responden lainnya menjawab bakal calon gubernur lainnya, seperti Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Ketua DPD Demokrat DKI Jakarta Nachrowi Ramli, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.
Survei itu dilakukan dengan wawancara tatap muka pada 15-21 April 2016. Ratusan responden ini dipilih secara acak bertingkat atau multistage random sampling, dengan margin of error lebih kurang 4,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.