Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi Pembunuhan Suminih, Wanita yang Tewas Mengenaskan di Pulo Gebang

Kompas.com - 14/06/2016, 12:57 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
— Suminih alias Icha (34) tewas di tangan kenalannya, Djaelani (35). Salah satu alasan Djaelani membunuh Suminih karena kesal kerap diajak melakukan curhat masalah utang.

Kepala Polres Metro Jakarta Timur Komisaris Besar Agung Budijono mengatakan, pembunuhan itu dilakukan pada Rabu (8/6/2016). Awalnya, Suminih disebut menghubungi Djaelani, sekitar pukul 16.00 WIB.

Lalu keduanya janjian untuk bertemu di depan Islamic Center, Jakarta Utara. Keterangan polisi menyebutkan, Djaelani sudah mempunyai niat untuk menghabisi Suminih saat bertemu.

Itulah mengapa Djaelani menyiapkan pisau yang dibungkus kertas sebelum bertemu dengan Suminih.

Sekitar pukul 22.00, atau setelah bertemu, Djaelani membawa Suminih berkeliling. Tujuannya adalah untuk mencari tempat meditasi. Suminih berulang kali meminta bantuan agar utangnya kepada rentenir bisa diselesaikan. Saat berkeliling, Suminih menyebut utangnya kepada rentenir mencapai Rp 46 juta.

Lalu keduanya sempat berputar di kawasan Jalan Sukapura, Jalan Raya Bekasi, sampai akhirnya ke Cakung. Sampai di arah Wali Kota Jakarta Timur, Djaelani menemukan tempat sepi yang ia anggap cocok untuk meditasi.

Suminih langsung menurut saat diminta pria yang juga pengajar agama itu melakukan ritual. Saat korban tengah terpejam, Djaelani mendorong kening korban sampai korban terbaring terlentang.

Sekitar sepuluh menit kemudian, Djaelani berpikir untuk mengeksekusi Suminih, lalu mengambil pisau dan menusuk di leher. Pisau juga mengenai dagu korban.

"Tersangka kemudian buru-buru menyeret korban di bagian kakinya ke parit," kata Agung, di Mapolres Metro Jakarta Timur, Selasa (14/6/2016).

Djaelani sempat membawa tas korban yang di dalamnya terdapat dompet berisi Rp 200.000 dan dua ponsel. Untuk menghilangkan jejak, ia membuang pisau ke sebuah kali, termasuk tas korban.

Sehari kemudian, ia lari ke Indramayu, Jawa Barat. Pada Sabtu (11/6/2016), warga menemukan mayat Suminih. Kondisinya terlentang di dalam parit dan mengenaskan. Kejadian itu kemudian dilaporkan ke kepolisan.

Agung mengatakan, petunjuk tentang pelaku datang dari temuan ponsel korban. Polisi akhirnya menangkap pria yang bekerja sebagai wiraswasta itu di Indramayu.

Kepada petugas, Djaelani mengaku motifnya kesal karena korban kerap melakukan curhat masalah utangnya. Sementara Djaelani sedang mempunyai masalah keluarga. Istrinya juga cemburu karena kedekatannya dengan Suminih yang disebut kerja di tempat pijat itu.

Hubungan keduanya hanya disebut teman yang sering bertemu. Buntutnya, Djaelani memilih jalan pendek dengan membunuh Suminih.

"Karena terlalu kesal, akhirnya diambil jalan pendek. Dibunuh dengan senjata tajam," ujar Agung.

Saat ini, Djaelani harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan hukum. Polisi menjerat Djaelani dengan Pasal 365 KUHP tentang pencurian dengan kekerasan dan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana. Ancaman maksimal adalah hukuman mati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Beraksi di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja, Pelaku Pereteli 3 Ban Mobil dalam 20 Menit

Beraksi di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja, Pelaku Pereteli 3 Ban Mobil dalam 20 Menit

Megapolitan
Cerita Fransiskus Asal Flores, Rela Cuti Kuliah demi Jadi Taruna STIP

Cerita Fransiskus Asal Flores, Rela Cuti Kuliah demi Jadi Taruna STIP

Megapolitan
Pemprov DKI Larang 'Study Tour', Korbankan Pengalaman Anak

Pemprov DKI Larang "Study Tour", Korbankan Pengalaman Anak

Megapolitan
PSI Buka Penjaringan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Pilkada DKI Jakarta

PSI Buka Penjaringan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Pilkada DKI Jakarta

Megapolitan
Sebelum Penerimaan Dimoratorium, Catar STIP Sudah Bayar Rp 2 Juta untuk Seleksi Masuk

Sebelum Penerimaan Dimoratorium, Catar STIP Sudah Bayar Rp 2 Juta untuk Seleksi Masuk

Megapolitan
Harapan Baru Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris Turun Tangan dan Ungkap Kejanggalan Kasus Pembunuhan

Harapan Baru Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris Turun Tangan dan Ungkap Kejanggalan Kasus Pembunuhan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan SMK Lingga Kencana | Miliaran Hasil Parkir Mengalir ke Ormas dan Oknum Aparat

[POPULER JABODETABEK] Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan SMK Lingga Kencana | Miliaran Hasil Parkir Mengalir ke Ormas dan Oknum Aparat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 17 Mei 2024 dan Besok: Siang ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 17 Mei 2024 dan Besok: Siang ini Cerah Berawan

Megapolitan
Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW1

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW1

Megapolitan
Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Megapolitan
Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Megapolitan
Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Megapolitan
Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Megapolitan
Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com