JAKARTA, KOMPAS.com — Para pendukung Gubernur petahana DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama diketahui banyak yang "numpang KTP". Tempat tinggal mereka tak sesuai dengan alamat pada data KTP yang disumbangkannya ke "Teman Ahok".
Fakta itulah yang sempat didapat oleh Aiman Wicaksono dari Kompas TV.
Terkait hal itu, Juru Bicara Teman Ahok, Amalia Ayuningtyas, menyatakan, pihaknya sampai sejauh ini belum pernah melakukan pengecekan langsung. Adapun konfirmasi yang mereka lakukan terhadap data KTP yang masuk adalah melalui telepon.
"Itulah sebabnya pada setiap form dukungan diminta untuk menyertakan nomor telepon," kata Amalia di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jumat (17/6/2016).
Atas dasar itu, Amalia menyarankan agar saat verifikasi faktual nantinya dilakukan, petugas pemungutan suara (PPS) dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) tak mendatangi langsung. Menurut Amalia, pihaknya lebih setuju jika warga pendukung yang mendatangi PPS.
"Lebih baik jika kami yang mendatangkan para pendukung ke PPS terdekat supaya mereka bisa mengajukan diri membantu proses verifikasi dari KPU," kata Amalia.
Dalam program Kompas TV berjudul "Jebakan Calon Perseorangan", Aiman dengan didampingi salah seorang pendiri Teman Ahok, Singgih Widiastono, sempat melakukan verifikasi faktual secara acak. Data KTP yang dipilih adalah dua data KTP yang berasal dari wilayah Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Wilayah itu merupakan wilayah yang juga menjadi lokasi berdirinya Sekretariat Teman Ahok. Aiman menyamarkan nama dan alamat yang didatanginya.
"Saya akan menyamarkan nama dan alamat KTP karena hanya Teman Ahok dan KPU yang berhak tahu," kata dia saat akan memulai kegiatannya.
Saat tiba di rumah pertama, Aiman mendapat keterangan dari penghuni rumah bahwa orang yang tercantum di data KTP itu tidak tinggal di lokasi tersebut. Namun, ia mengakui bahwa ia mengenal si pemilik data KTP.
Penghuni rumah juga menyebut bahwa pemilik data KTP diizinkan untuk menggunakan alamat rumah tersebut. "Masih sahabat dekat," ujar dia kepada Aiman dan Singgih.
"Jadi alamatnya di sini, KTP-nya di sini, tapi yang bersangkutan tidak tinggal di sini. Bisa disebut numpang KTP," kata Aiman.
Dari lokasi pertama, Aiman dan Singgih beranjak ke lokasi kedua. Di lokasi ini, mereka menemukan rumah yang dalam keadaan kosong.
"Dua-duanya gagal. Kalau tadi di rumah pertama kami temui numpang KTP. Kali ini kami coba ketok-ketok, tapi (penghuni rumah) tidak keluar-keluar," kata Aiman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.