Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jimly: Ada Calon yang Tidak Lazim dalam Pilkada DKI Jakarta

Kompas.com - 18/09/2016, 12:38 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Jimly Asshiddiqie mengatakan, banyak yang harap-harap cemas dan penasaran dengan Pilkada DKI Jakarta 2017.

Sebab, kata dia, ada bakal calon kepala daerah yang berbeda dibandingkan dengan bakal calon di daerah lainnya di Indonesia.

"Ada calon yang tidak lazim. Tidak lazim dalam arti, tidak ikut idealitas yang sifatnya konvensional. Sehingga, kita bisa melihat nanti, apakah masyarakat Jakarta sudah sangat rasional untuk memilih atau masih dipengaruhi sifat-sifat primordial," kata Jimly saat menyampaikan sambutannya dalam acara launching pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta 2017 di Lapangan Banteng, Minggu (18/9/2016).

Jimly tidak menjelaskan lebih lanjut siapa calon yang tidak lazim itu. (Baca juga: 23 September, Batas Akhir Pendaftaran Calon untuk Pilkada DKI)

Namun, saat menyampaikan sambutannya, Jimly sempat menyebut nama Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang akan maju sebagai calon petahana dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.

"Dari pengalaman pilkada di tempat-tempat lain, biasanya kalau ada petahana, selalu ada masalah prioritas aparat, tetapi kok di Jakarta ini ada Forum RT/RW yang anti-Ahok (sapaan Basuki)? Ini aneh sekali," tutur Jimly.

Kendati demikian, Jimly menilai dinamika politik yang terjadi menjelang Pilkada DKI Jakarta 2017 merupakan contoh yang baik bagi demokrasi di Indonesia.

(Baca juga: Ketika Pilkada DKI Diibaratkan seperti Pertarungan Daud dan Goliat)

Menurut dia, demokrasi di Indonesia sudah berkembang jauh lebih baik daripada di negara lain, seperti di Eropa atau Amerika.

"Seperti wali kota muslim di London, itu butuh waktu lama. Di Amerika juga, kita tahu perspektif founding fathers di sana sangat Kristen Protestan. Kecuali, setelah dua abad, baru ada presiden yang dari luar perspektif itu, yakni John F Kennedy," kata Jimly.

"Butuh dua abad untuk keluar dari kelompok mainstream sehingga kita lihat bagaimana budaya politik di Indonesia makin lama makin rasional," sambung dia.

Kompas TV Ahok: Pejabat Tak Bisa Buktikan Asal Hartanya, Maka Harus Disita
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com