Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agus Yudhoyono dan Pandangannya soal Kontrak Politik...

Kompas.com - 12/10/2016, 11:11 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kontrak politik bukan hal baru dalam konteks pemilihan kepala daerah (pilkda). Biasanya, kontrak politik terjadi antara calon kepala daerah dan warga.

Kontrak politik ini dilakukan atas dasar permintaan dari warga sebagai syarat dukungan terhadap calon.

Namun, bakal calon gubernur DKI Jakarta Agus Harimutri Yudhoyono berpandangan berbeda soal kontrak politik.

(Baca juga: Agus Yudhoyono: Saya Hati-hati dengan Kata "Kontrak Politik")

Agus menegaskan bahwa ia tak mau terjebak dalam kontrak politik dengan warga tertentu.

Baginya, kontrak politik harus dilakukan dengan semua warga Jakarta, atau bukan dengan sebagian warga.

Selain itu, menurut Agus, kontrak politik sedianya baru dilakukan pelantikan sebagai gubernur.

"Tidak bisa sepotong-sepotong karena ada kerawanan ketika satu mungkin, tidak saling (bersama), bertabrakan kontrak politik lainnya, oleh karena itu, bagi saya menghindari itu," kata Agus di Rusunawa Sindang, Jakarta Utara, Selasa (11/10/2016).

Sikap Agus soal kontrak politik ini ditunjukkan saat ia melakukan kunjungan ke Rusunawa Sindang dan ke Muara Angke.

(Baca juga: Annisa Pohan yang Jadi Pusat Perhatian Saat Kunjungan Agus Yudhoyono...)

Dalam kunjungan ke Rusunawa Sindang, warga setempat mengeluhkan harga sewa rusun kepadanya.

Mereka menganggap biaya sewa rusun terlalu mahal. Warga rusun pun meminta kepada Agus agar mengurangi biaya sewa apabila ia terpilih sebagai gubernur.

Terkait permintaan warga ini, Agus menilai bahwa harga sewa rusunawa masih bisa diturunkan.

Namun, Agus tak disodorkan kontrak politik soal janjinya itu. Hal serupa juga terjadi saat ia mengunjungi para nelayan di Muara Angke.

Para nelayan mengeluhkan soal reklamasi di Teluk Jakarta. Menurut mereka, reklamasi berdampak pada mata pencahariannya sebagai nelayan.

Agus yang berdialog langsung dengan nelayan ini mengungkapkan bahwa dirinya baru menampung aspirasi warga. 

Ia belum bisa mengambil keputusan soal kelanjutan proyek reklamasi yang dianggap merugikan nelayan tersebut.

"Terlalu prematur jika saya mengatakan lanjutkan, atau hentikan," kata Agus di Muara Angke, Jakarta, Selasa.

(Baca juga: Agus Yudhoyono: Terlalu Prematur Saya Putuskan Reklamasi Lanjut atau Tidak)

Agus menambahkan, ia akan melihat lebih dahulu permasalahan di Jakarta, termasuk soal reklamasi, secara utuh.

Ia akan melibatkan semua instansi terkait, termasuk nelayan yang dianggap sebagai korban reklamasi Teluk Jakarta.

Kompas TV Agus Yudhoyono: Kontrak Politik Itu Untuk Semua Warga
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Wali Kota Bogor Imbau Orangtua Tidak Mudah Percaya Calo Saat Pendaftaran PPDB 2024

Pj Wali Kota Bogor Imbau Orangtua Tidak Mudah Percaya Calo Saat Pendaftaran PPDB 2024

Megapolitan
KASN Terima Dua Laporan Dugaan Pelanggaran Netralitas ASN oleh Supian Suri

KASN Terima Dua Laporan Dugaan Pelanggaran Netralitas ASN oleh Supian Suri

Megapolitan
Soal Tapera, Karyawan Swasta: Mending Pemerintah Perbaiki Administrasi Pencairan BPJS Ketenagakerjaan Dulu

Soal Tapera, Karyawan Swasta: Mending Pemerintah Perbaiki Administrasi Pencairan BPJS Ketenagakerjaan Dulu

Megapolitan
Penjual Konten Video Pornografi Anak di Telegram Patok Tarif Rp 200.000

Penjual Konten Video Pornografi Anak di Telegram Patok Tarif Rp 200.000

Megapolitan
Jual Video Porno Anak via Telegram, Pria Asal Sumenep Ditangkap Polisi

Jual Video Porno Anak via Telegram, Pria Asal Sumenep Ditangkap Polisi

Megapolitan
Iuran Tapera sampai Pensiun, Karyawan Swasta: Siapa yang Mau Cicil Rumah 30 Tahun?

Iuran Tapera sampai Pensiun, Karyawan Swasta: Siapa yang Mau Cicil Rumah 30 Tahun?

Megapolitan
Kekesalan Ketua RT di Bekasi, Tutup Akses Jalan Warga yang Dibangun di Atas Tanahnya Tanpa Izin

Kekesalan Ketua RT di Bekasi, Tutup Akses Jalan Warga yang Dibangun di Atas Tanahnya Tanpa Izin

Megapolitan
Pemetaan TPS pada Pilkada DKI 2024 Pertimbangkan 4 Aspek

Pemetaan TPS pada Pilkada DKI 2024 Pertimbangkan 4 Aspek

Megapolitan
Orangtua Calon Siswa Diwanti-wanti Tak Lakukan Kecurangan Apa Pun pada PPDB Kota Bogor 2024

Orangtua Calon Siswa Diwanti-wanti Tak Lakukan Kecurangan Apa Pun pada PPDB Kota Bogor 2024

Megapolitan
Tak Masalah Pendapatan Dipotong Tapera, Tukang Bubur: 3 Persen Menurut Saya Kecil

Tak Masalah Pendapatan Dipotong Tapera, Tukang Bubur: 3 Persen Menurut Saya Kecil

Megapolitan
Polisi Usut Dugaan TPPO dalam Kasus ART Lompat dari Lantai 3 Rumah Majikan

Polisi Usut Dugaan TPPO dalam Kasus ART Lompat dari Lantai 3 Rumah Majikan

Megapolitan
Setuju Pendapatannya Dipotong untuk Tapera, Tukang Bubur: Masa Tua Terjamin

Setuju Pendapatannya Dipotong untuk Tapera, Tukang Bubur: Masa Tua Terjamin

Megapolitan
Hampir Terjaring Razia karena Dikira Jukir, Ojol: Saya 'Driver', demi Allah

Hampir Terjaring Razia karena Dikira Jukir, Ojol: Saya "Driver", demi Allah

Megapolitan
KPU Susun Pemetaan TPS, Jumlah Pemilih Pilkada DKI Bertambah 62.772 Orang

KPU Susun Pemetaan TPS, Jumlah Pemilih Pilkada DKI Bertambah 62.772 Orang

Megapolitan
Tak Setuju Program Tapera, Pekerja: Enggak Percaya Pemerintah Lagi buat Kelola Uang Rakyat

Tak Setuju Program Tapera, Pekerja: Enggak Percaya Pemerintah Lagi buat Kelola Uang Rakyat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com