JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Populi Center Usep S Ahyar mengatakan, pengalaman dan latar belakang pasangan petahana calon gubernur-calon wakil gubernur DKI Jakarta bisa menjadi keuntungan dan kerugian saat tampil dalam debat kandidat.
Usep mencontohkan calon petahana gubernur-wakil gubernur DKI Jakarta, Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, memiliki modal menjelaskan keberhasilan program yang telah dikerjakan. Modal Ahok-Djarot akan lebih besar jika kepuasan warga terhadap kinerja pemerintahannya cukup baik.
Namun demikian, kata Usep, ada juga program Ahok-Djarot yang mendapat banyak kritikan. Misalnya penertiban permukiman warga dan reklamasi Teluk Jakarta. Dalam debat kandidat, bukan tidak mungkin kritikan itu akan dikemukanan dan menjadi ujian untuk pasangan petahana.
"Agak berat ada keuntungan dan kelebihan petahana, akan diuji. Juga akan ditanyakan tentang program-program mereka," ujar Usep, dalam diskusi di Kantor KPUD DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Kamis (12/1/2017).
(Baca: "Tanpa Debat, Pilkada DKI Bisa Dibilang Tanpa Isi")
Usep menuturkan, pasangan cagub-cawagub DKI Jakarta yang menjadi pesaing Ahok-Djarot akan kesulitan menjelaskan program-programnya kepada pemilih. Meski program tersebut terbilang rasional, pemilih tetap akan sulit menggambarkan apa yang disampaikan pasangan calon.
Usep menilai, pemilih lebih mudah menginterpretasikan program itu jika sebelumnya telah memiliki referensi.
"Karena masyarakat lebih mudah menangkap sesuatu yang realistis, yang ada contoh dibanding mengawang-awang. Kan percuma bagus (programnya), tapi di awang-awang dan tidak pernah ada contohnya," ujar Usep.
Debat pertama pasangan cagub-cawagub DKI Jakarta akan berlangsung Jumat (13/1/2017) malam di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan. Acara debat kandidat tersebut akan disiarkan langsung sejumlah stasiun televisi.