JAKARTA, KOMPAS.com - Masih lekat dalam ingatan kita bagaimana kondisi kereta rel listrik (
KRL) Jabodetabek beberapa tahun yang lalu. Banyak penumpang berebut naik ke atap kereta.
Tak hanya itu, pedagang kaki lima (PKL) dan pengamen dengan bebasnya berpindah dari satu gerbong ke gerbong lainnya. Para pengamen memetik gitar mereka di tengah ramainya penumpang KRL.
Sementara pedagang menawarkan gorengan hingga penjepit rambut kepada para penumpang yang sedang duduk maupun berdiri di gerbong. Pedagang tak hanya bebas mondar-mandir di dalam gerbong kereta, mereka juga menjajakan barang dagangan di bantaran rel layaknya pasar tumpah.
Namun, kondisi seperti itu tak lagi terasa. PT Kereta Api Indonesia terus berbenah. Pelayanan KRL terus diperbaiki secara bertahap, mulai dari tak ada penumpang di atap kereta, hingga PKL, maupun pengamen di dalam gerbong.
Semua gerbong KRL commuter line kini dilengkapi pendingin ruangan, kursi yang empuk, hingga petugas yang siaga membersihkan gerbong.
Pembenahan layanan KRL Jabodetabek diawali pada 2009. PT KAI membeli 8 unit kereta AC pertama seri 8500 yang dibentuk menjadi satu rangkaian KRL.
Bidik Layar vik.kompas.com/Transformasi Wajah KRL Dulu, penumpang bisa naik ke atap KRL.
Tak hanya layanan di dalam gerbong, fasilitas penunjang pun dibenahi. Terowongan maupun jembatan penyeberangan orang dibangun di stasiun agar penumpang tak lagi melintasi rel.
Tiket yang digunakan kini tidak lagi menggunakan kertas. Anak perusahaan PT KAI, PT KAI Commuter Indonesia (KCI), mengeluarkan tiket harian berjamin (THB) dan multi-trip (KMT). Jenis tiket kini dikembangkan, mulai dari bentuk gelang, stiker, hingga gantungan kunci.
Selain itu, PT KCI menyediakan vending machine untuk mengurangi transaksi di loket. Dengan adanya mesin ini, penumpang bisa membeli tiket secara mandiri. Mesin ini dapat melayani semua transaksi, mulai dari pengisian saldo KMT, pembelian, dan pengembalian THB.
Hingga kini, layanan KRL terus diperluas sampai ke Rangkasbitung, Banten, bahkan Cikarang, Jawa Barat. Pengembangan juga dilakukan dengan mengintegrasikan kereta dengan transjakarta.
Rencananya, pemerintah akan mengembangkan sistem transit oriented development (TOD). KRL akan terintegrasi dengan moda transportasi lainnya yang berbasis kereta, yakni MRT, LRT, dan kereta bandara.
KRL merupakan salah satu transportasi massal andalan warga di Jabodetabek. Namun, masih banyak hal yang harus terus dibenahi. Jadwal yang terlambat, sering gangguan, antrean masuk stasiun, hingga kondisi gerbong yang padat saat jam sibuk masih menjadi pekerjaan rumah PT KCI.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.