Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya Larang ke Maribaya karena Jalurnya Curam... "

Kompas.com - 12/02/2018, 08:07 WIB
Ridwan Aji Pitoko,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Kabar tentang kecelakaan bus di Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat, Sabtu (10/2/2018) sore menjadi petir di siang bolong bagi Yuliana (33). Ayah dan ibunya, yaitu  Jono dan Sugiyanti, tewas dalam kecelakaan itu. 

Yuli mengatakan, ia keberatan saat kedua orangtuanya itu menyatakan akan Maribaya, Jawa Barat. Soalnya jalur itu curam dan sekarang sedang musim hujan. Namun kedua orangtuanya tetap pada keputusan untuk berwisata ke sana.

"Saya sempat melarang karena pas alamarhumah bilang mau ke Bandung itu posisinya kami lagi nonton berita longsor di Puncak sama di Bandara (Soekarno-Hatta) itu," kata Yuli kediamannya di Jalan Lurah Disah RT 002 RW 001, Pisangan, Ciputat Timur, Minggu (11/2/2018).

Yuli yang merupakan anak kedua dari tiga anak pasangan Jono-Sugiyanti bertanya apa tujuan kepergian ayah ibunya tersebut.

Menurut Yuli, sang ibu mengatakan dia dan ayaknya serta rombongan anggota Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Permata Ciputat hendak pergi ke Maribaya.

"Saya bilang kalau ke Bandung-nya cuma ke daerah kota aja enggak apa-apa, paling cuma hujan tapi kalau ke Maribaya karena saya sudah pernah ke sana track-nya kan curam makanya saya larang," tutur dia.

Baca juga : Pelesiran Berujung Tragedi, 27 Orang Tewas di Tanjakan Emen

Larangan Yuli tersebut tak diindahkan. Dari penuturan Yuli, ibunya merasa tidak enak dengan anggota koperasi lainnya jika tidak ikut.

Jono dan Sugiyanti pun berangkat tanpa pamit kepada ketiga anaknya.

"Biasanya tuh kalau mau pergi pamit walaupun anak-anaknya dalam posisi tidur itu dia pamit cuma ini engga tahu kenapa enggak pamit. Kami bertiga anak-anaknya enggak ada yang dipamitin," tutur Yuli.

Yuli, kakak, dan adiknya tidak mendapat kabar dari Jono dan Sugiyanti selama mereka dalam perjalan. Sudah hal lazim dalam keluarga mereka kalau ada yang bepergian, orang rumah tidak menelepon karena takut dianggap mengganggu.

"Kami memang enggak nanya kabar dan ibu enggak ngasih kabar karena memang posisinya kami kerja semua jadi dia juga enggak mau ganggu anaknya," ujar Yuli.

Kabar kecelakaan bus rombongan KSP Prima diketahui Yuli dari tayangan berita di televisi. Anaknya yang sedang bermain diberitahu tetangga bahwa bus yang ditumpangi kakek dan neneknya mengalami kecelakaan.

Begitu mendapat kabar itu, Yuli langsung melihat tayangan berita live di televisi pada sekitar pukul 17.30 WIB.

Baca juga : Kecelakaan Tanjakan Emen, Polisi Duga Ada Kelalaian Sopir dan Manajemen

"Berita masih simpang siur waktu itu, nomor (handphone) bapak itu masih aktif malah sampai sekarang pun masih aktif. Jadi pikiran saya bapak lagi sibuk nyelametin korban makanya tidak mengabari," kata dia.

Namun, kondisi tersebut tak membuat Yuli tenang. Perasaannya mengatakan ayah dan ibunya tidak dalam kondisi baik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com