JAKARTA, KOMPAS.com - Program Kampung Keluarga Berencana (Kampung KB) diharapkan bisa mengurangi angka stunting di Indonesia.
"Indonesia sedang mengalami dan berusaha mengatasi permasalahan gizi ganda, yaitu kekurangan gizi seperti wasting (kurus) dan stunting (pendek) pada balita, anemia pada remaja dan ibu hamil serta kelebihan gizi, termasuk obesitas baik pada balita maupun orang dewasa," ungkap Sigit Priohutomo, Plt. Kepala BKKBN di RPTRA Kalijodo, Kamis (28/6/2018).
Ia mengatakan, sekitar 37 persen (hampir 9 juta) anak balita di Indonesia mengalami stunting. Kondisi ini membuat Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar di dunia.
"Kondisi ini tidak hanya dialami oleh keluarga yang miskin dan kurang mampu. Stunting juga dialami oleh keluarga yang tidak miskin atau yang berada di atas 40, persen tingkat kesejahteraan sosial dan ekonominya," tambahnya.
Baca juga: BKKBN Menargetkan Bangun 21.000 Kampung KB di Indonesia
Program Kampung KB menjadi ikon Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di tingkat kampung.
Sigit menyatakan bahwa program KKBPK bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
"Penerapan fungsi keluarga ini untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan membantu keluarga lebih bahagia dan sejahtera, terbebas dari kemiskinan, stunting (pendek), keterbelakangan dan kebodohan," ungkapnya.
BKKBN menargetkan membangun sekitar 21.000 kampung KB di seluruh Indonesia pada akhir tahun 2018.
Jumlah tersebut telah mencakup target 1.000 desa di 100 Kabupaten dan Kota pada tahun 2018 dan 600 desa di 60 Kabupaten dan kota pada tahun 2019.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.