Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Rumah Dekat Sekolah, Syarat Terpenuhi, Anak Saya Yatim, Masak Enggak Diterima?"

Kompas.com - 11/07/2018, 18:40 WIB
Cynthia Lova,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 65 orangtua murid menyampaikan aksi protesnya di Kantor Dinas Pendidikan Kota Depok terkait banyaknya warga miskin Depok yang ditolak dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), Rabu (11/7/2018).

Menurut para orangtua yang menggelar aksi itu, anaknya tidak diterima di sekolah di Depok padahal tempat tinggal mereka tidak jauh dari SMP negeri atau satu zona dan mereka berstatus warga miskin.

Dalam menggelar aksi tersebut, para orangtua yang didominasi ibu-bu ini membawa spanduk yang bertuliskan "Stop Tolak Siswa Miskin di Sekolah Negeri".

“Kami minta hak kami untuk bersekolah di negeri, negeri itu untuk kami warga miskin,” ujar para orangtua yang beraksi tersebut di Kantor Dinas Pendidikan Kota Depok, Rabu (11/7/2018).

Baca juga: Ini Sistem Penilaian untuk Pendaftar PPDB Online SMP Jalur Zonasi Kota Bekasi

Salah satu peserta aksi, Sophia (50), warga Beji Timur, RT 004/ RW 014, mengatakan bahwa sekolah SMPN 5 hanya berjarak 50 meter dari rumahnya.

Namun, ia tidak diterima di SMP negeri itu. “Saya menuntut hak saya kalau pakai zonasi nilainya ditambah 100, rumah saya sudah dekat dengan sekolah loh tinggal jalan doang, persyaratan sudah terpenuhi, anak saya yatim, masak enggak diterima,” ucap dia.

Sophia mengatakan, pekerjaannya sebagai pembantu rumah tangga tidak akan mampu menyekolahkan anaknya di sekolah swasta karena biayanya yang lebih mahal.

“Mana mampu mbak sekolah di swasta, banyak pengeluaran,” kata dia.

Ia pun meminta Pemerintah Depok untuk tidak membatasi siswa miskin mendaftar di sekolah negeri dan meminta daya tampung sekolah negeri untuk siswa miskin ditambah.

Sophia merasa kecewa karena anaknya tidak diterima di sekolah negeri. Apalagi, kata dia, tidak ada alasan jelas mengenai penolakan tersebut.

“Berkas saya dipulangin mbak cuma ada tulisan tidak diterima, saya saja enggak tahu alasan saya tidak diterima padahal saya dekat rumah, persyaratan semua terpenuhi,” ujar dia.

Senada dengan Sophia, Sri (45), mengaku sudah menyampaikan berkas lengkap sesuai persyaratan tetapi ditolak.

“Saya kurang apalagi mbak semua persyaratan sudah ada, KIP/SKTM, Kartu Keluarga Depok , surat pertanggungjawaban mutlak juga sudah. Mau persyaratan bagaimana lagi,” ucap dia.

Ibu anak lima ini meminta pemerintah membuka lagi pendaftaran PPDB online untuk warga miskin dan memberikan solusi atas kekacauan yang terjadi.

“Buka lagi dong pendaftarannya buat kita yang miskin ini, kita mana mampu buat sekolah anak di swasta, buat makan saja pas-pasan. Kita saja milih sekolah yang dekat supaya enggak buang-buang ongkos,” ujar dia.

Baca juga: Hari Ini, Pendaftaran PPDB Online SMP Negeri Kota Bekasi Dibuka

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Megapolitan
Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Megapolitan
Heru Budi Sebut Bakal Ada Seremonial Khusus Lepas Nama DKI Jadi DKJ

Heru Budi Sebut Bakal Ada Seremonial Khusus Lepas Nama DKI Jadi DKJ

Megapolitan
Keberatan soal Iuran Tapera, Karyawan Keluhkan Gaji Pas-pasan Dipotong Lagi

Keberatan soal Iuran Tapera, Karyawan Keluhkan Gaji Pas-pasan Dipotong Lagi

Megapolitan
Duka Darmiyati, Anak Pamit Beli Kopi lalu Ditemukan Tewas Dalam Toren Tetangga 2 Hari Setelahnya

Duka Darmiyati, Anak Pamit Beli Kopi lalu Ditemukan Tewas Dalam Toren Tetangga 2 Hari Setelahnya

Megapolitan
Pengedar Narkoba di Koja Pindah-pindah Kontrakan untuk Menghilangkan Jejak dari Polisi

Pengedar Narkoba di Koja Pindah-pindah Kontrakan untuk Menghilangkan Jejak dari Polisi

Megapolitan
DPC Gerindra Tunggu Instruksi DPD soal Calon Wali Kota Pilkada Bogor 2024

DPC Gerindra Tunggu Instruksi DPD soal Calon Wali Kota Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Perempuan Tewas Terlindas Truk Trailer di Clincing, Sopir Truk Kabur

Perempuan Tewas Terlindas Truk Trailer di Clincing, Sopir Truk Kabur

Megapolitan
Keluarga di Pondok Aren Gunakan Air buat Sikat Gigi dan Wudu dari Toren yang Berisi Mayat

Keluarga di Pondok Aren Gunakan Air buat Sikat Gigi dan Wudu dari Toren yang Berisi Mayat

Megapolitan
Heru Budi: Tinggal Menghitung Bulan, Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota Negara

Heru Budi: Tinggal Menghitung Bulan, Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota Negara

Megapolitan
Saat Bintang Empat Prabowo Pemberian Jokowi Digugat, Dinilai Langgar UU dan Sarat Konflik Kepentingan

Saat Bintang Empat Prabowo Pemberian Jokowi Digugat, Dinilai Langgar UU dan Sarat Konflik Kepentingan

Megapolitan
Tabrakan Beruntun di Jalan Yos Sudarso, Pengendara Mobil dan Motor Luka-luka

Tabrakan Beruntun di Jalan Yos Sudarso, Pengendara Mobil dan Motor Luka-luka

Megapolitan
Dalam 5 Bulan, 20 Warga Kota Bekasi Meninggal karena DBD

Dalam 5 Bulan, 20 Warga Kota Bekasi Meninggal karena DBD

Megapolitan
Petugas Tertibkan Stiker Kampanye Bakal Calon Wali Kota Bogor yang Tertempel di Angkot

Petugas Tertibkan Stiker Kampanye Bakal Calon Wali Kota Bogor yang Tertempel di Angkot

Megapolitan
APK Kandidat Cawalkot Bogor Dicopot karena Belum Masa Kampanye, Termasuk Milik Petahana

APK Kandidat Cawalkot Bogor Dicopot karena Belum Masa Kampanye, Termasuk Milik Petahana

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com