JAKARTA, KOMPAS.com - Penyelam dari Indonesian Diving Rescue Team (IDRT) di bawah koordinasi Basarnas, Syachrul Anto (48), meninggal dunia pada Jumat (2/11/2018) atau saat mencari korban jatuhnya Lion Air JT 610 di perairan Karawang, Jawa Barat.
Syachrul dimakamkan di TPU Bendul Merisi, Surabaya, atau dekat kediaman istrinya pada Sabtu (3/11/2018) pagi.
Sang istri, Lyan Kurniawati, bercerita bahwa ia pertama kali mendapat kabar gugurnya sang suami dari pihak Basarnas pada Jumat (2/11/2018) pukul 20.00 WIB.
Syachrul berada di Perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, selama dua hari terakhir untuk mencari pesawat Lion Air PK LQP JT 610 yang jatuh di sana.
Baca juga: Sebelum Gugur, Penyelam JT 610 Kirim Pesan Ini untuk Istri
Menurut Lyan, Syachrul sempat meminta izin untuk berangkat ke Karawang dalam misi kemanusiaan membantu mencari pesawat itu.
Ia berangkat ke Jakarta pada Rabu (31/10/2018) dan meninggalkan istrinya di Yogyakarta.
"Ayah berangkat bersama temannya dari Yogyakarta. Karena kami kebetulan ada urusan di Yogyakarna. Temannya juga ada yang berangkat dari Makassar," ucap Lyan Kurniawati, Sabtu pagi.
"Dia (Syachrul Anto) pamit dan mengantarkan sampai Bandara Yogyakarta. Saya antar sampai masuk dan berangkat," kata Lyan.
Sebelum suaminya berangkat, Lyan mengaku berat melepasnya.
"Saya berat sekali melepas dia. Tetapi suami saya tetap kekeuh, apalagi ini untuk kemanusiaan. Saya sudah tahu wataknya, jadi saya tidak melarang," ujar Lyan.
Menjemput takdir
Sebelum meninggal, Anto sempat mengirim pesan ke WhatsApp kepada istrinya pada Kamis (1/11/2018) pukul 00.32.
Pesan melalui WhatsApp yang dikirimkan hari itu merupakan kabar terakhir dari Anto.
"Sebelum (Syachrul) menyelam, obrolan kami biasa (sekadar bertukar kabar), tetapi ada pesan yang memiliki makna, saya baru sadar," kata Lyan.
Pesan yang dimaksud Lyan adalah kata-kata panjang yang lebih mirip seperti puisi atau prosa.
Baca juga: Mengenal Decompression Sickness, Risiko yang Dialami Para Penyelam