Hanya itulah jalan terbaik.
Suratan manusia adalah dibumi dikembalikan...
Semoga diakhir nafas kita, dengan La Ilahaillallah-Chusnul khotimah Aamiin
KN SAR 231 Sadewa @ Tj Kawarang #JT610
Jiwa penyelamat
Syachrul Anto dikenal cukup aktif dalam misi kemanusiaan. Pada 2015 lalu, Syachrul juga ikut dalam misi mencari korban pesawat Air Asia QZ8501 yang jatuh di selat Karimata.
Sosok Syachrul sudah tidak asing, terutama di kalangan sesama penyelam.
Syachrul tergabung dalam komunitas Indonesia Diver Rescue Team, kumpulan para penyelam yang sering membantu pemerintah untuk proses pencarian dan penyelamatan di laut.
Dikutip dari ANTARA, Komandan Satuan Tugas SAR Kolonel Laut Isswarto menduga penyebabnya karena dekompresi.
"Almarhum menyelam lebih lama dari seharusnya. Sesuai jadwal para penyelam naik jam 16.00 WIB, tetapi dia naik 30 menit lebih lama," kata dia, Sabtu.
Baca juga: Kabasarnas: Ada Penyelam yang Sudah Melihat Badan Pesawat Lion Air
Dekompresi atau juga dikenal sebagai barotrauma adalah masalah medis yang timbul dari efek transisi cepat dari lingkungan bertekanan tinggi ke tekanan lebih rendah.
Hal ini tidak hanya berisiko pada penyelam saja, tapi juga pada pekerja udara terkompresi, astronot, dan penerbang. Untuk kasus Syachrul, tekanan air lebih berat daripada udara.
Kepala Basarnas Marsdya M Syaugi mengatakan, pihaknya belum mengetahui penyebab Syachrul meninggal.
Namun, ia memastikan, Syachrul telah menempuh tata cara penyelaman sesuai prosedur.
"Prosedur semua telah dilakukan, sudah dilewati, tidak ada yang keliru, tidak ada yang terlewat. Baik kesehatan, peralatan, hingga teknik berangkat ke medan operasi sudah siap semua," kata Syaugi di JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (3/11/2018).