Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aliansi Buruh Sebut Hengkangnya Pabrik Sepatu dari Banten Hanya Akal-akalan Pengusaha

Kompas.com - 20/11/2019, 12:13 WIB
Singgih Wiryono,
Jessi Carina

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Presidium Aliansi Buruh Banten Bersatu (AB3), Maman Nuriman mengatakan hengkangnya puluhan pabrik sepatu dari Provinsi Banten hanya akal-akalan pengusaha untuk memeras tenaga buruh dengan upah sekecil-kecilnya.

"Itu hanya kamuflase saja. Sesungguhnya (pengusaha) masih mampu (membayar upah tinggi)," ujar dia saat ditemui Kompas.com di Kawasan Niaga Terpadu Batu Ceper, Kota Tangerang, Rabu (20/11/2019).

Maman kemudian memberikan contoh sepatu bermerk mahal yang diproduksi di Banten. Sepatu hasil produksi pabrik yang beroperasi di Banten tersebut bisa dijual mahal di luar negeri.

"Ini dijual di negara luar cukup tinggi, satu pasang saja bisa satu juta lebih," kata dia.

Baca juga: Aliansi Buruh Minta UMK Kota Tangerang Naik 12 Persen

Itulah sebabnya, Maman menilai, perusahaan semestinya sangat sanggup untuk membayar buruh dengan upah paling tinggi di angka Rp 150 ribu per hari.

Maman menilai, perusahaan yang memilih hengkang karena alasan UMK yang tinggi ke daerah dengan UMK rendah sama saja memeras keringat buruh dengan bayaran sedikit mungkin.

"Karena melihat di daerah (Jateng) upah buruh sangat rendah sehingga mencari daerah untuk mencapai upah yang sangat rendah," jelas dia.

Sebelumya, Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Firman Bakri mengatakan, ada 25 pabrik yang sudah mendapatkan izin mendirikan pabrik di Jawa Tengah.

Baca juga: Terkait Kenaikan UMK, Buruh dari 4 Aliansi Akan Demo di Depan Kantor Gubernur Banten

Bukan untuk membuka cabang, akan tetapi untuk relokasi pabrik-pabrik yang dinilai tidak lagi kompetitif, khususnya di wilayah Provinsi Banten.

"Terhitung Juni 2019, sudah ada 25 pabrik yang berinvestasi di Jawa tengah dan mendapatkan izin. Dari 25 pabrik itu, sebagai besar dari Banten," ujar dia saat dihubungi Kompas.com.

Namun Firman tidak menyebut secara spesifik berapa jumlah pabrik yang akan hengkang dari Provinsi Banten.

Firman mengaku, pabrik-pabrik tersebut memilih Jawa Tengah sebagai tempat baru mereka karena dinilai lebih kompetitif dari sisi Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) yang berdampak pada biaya produksi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

Megapolitan
Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Megapolitan
Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya 'Nyentong' Nasi Sendiri

Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya "Nyentong" Nasi Sendiri

Megapolitan
Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Megapolitan
Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Megapolitan
KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

Megapolitan
Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com