Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sesak Napas sampai Nyeri Dada, Kenali Gejala Awal Serangan Jantung Saat Bersepeda

Kompas.com - 24/06/2020, 14:24 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Risiko serangan jantung kembali menghantui seiring merebaknya tren bersepeda di Ibu Kota dan sekitarnya baru-baru ini.

Insiden pesepeda meninggal dunia mendadak ketika gowes kembali bermunculan. Mereka mengembuskan napas terakhir dengan dugaan serangan jantung.

Sejauh ini, sudah ada satu kasus yang terkonfirmasi serangan jantung, yakni meninggalnya seorang pria saat bersepeda di Jalan Raya Cimatis, Kelurahan Jatikarya, Kecamatan Jatisampurna, Bekasi, pada Minggu (21/6/2020).

Baca juga: Pria di Bekasi Meninggal Saat Bersepeda, Polisi Sebut karena Serangan Jantung

Dokter spesialis jantung Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Dian Zamroni mengungkapkan, gejala-gejala awal serangan jantung siap mendera ketika berolahraga, dalam hal ini bersepeda.

Umumnya, kombinasi antara faktor bawaan (jenis kelamin, usia, keturunan), riwayat penyakit, dan kerja jantung yang melebihi kemampuan ketika bersepeda menjadi sebab serangan jantung melanda.

Ilustrasi serangan jantungShutterstock Ilustrasi serangan jantung

"Pertama, nyeri dada. Dada sakit dan berat seperti ditindih, kemudian menjalar ke lengan kiri, sampai ke punggung, sesak napas dan sampai keluar keringat dingin. Pandangan bisa gelap dan pingsan," jelas Dian ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (24/6/2020).

Baca juga: Diduga Kelelahan Bersepeda, Pesepeda Ini Meninggal di Bengkel Saat Istirahat

"Tapi, sebelum sampai ke sana, sudah ada gejala lainnya yang terasa karena aliran darah ke jantung terganggu, tetapi belum buntu total. Itu otomatis sudah mulai sesak-sesak dan sakit dadanya," imbuhnya.

Secara umum, tanda-tanda bahwa jantung mulai kelelahan serta tak memperoleh suplai darah sebanyak yang diperlukan ketika bersepeda, tak jauh berbeda dengan tanda-tanda kelelahan saat olahraga lainnya.

Dada terasa berat, napas tersengal-sengal, demikian umumnya. Namun, ada ciri khas lain, yakni nyeri di balik dada bagian tengah.

Baca juga: HB X Minta Warga yang Bersepeda Jauh Bijak Kenakan Masker: Nanti Pingsan Bisa Bye-bye

Ilustrasi nyeri dada Ilustrasi nyeri dada

Baca juga: Pesepeda Meninggal, Dokter Spesialis Jantung: Jangan Paksakan Berolahraga

"Tapi seringkali kita salah persepsi, kalau nyerinya di ulu hati, disebut karena masuk angin atau sakit maag. Orang awam suka bilangnya itu angin duduk. Habis itu bablas, dia meninggal. Padahal bisa saja dia serangan jantung," jelas Dian.

"Karena, jantung itu organnya bulat, ada bagian depan, belakang, atas, bawah, kiri, kanan. Kalau yang mengalami serangan adalah pembuluh darah yang memberi 'makan' bagian bawah jantung yang berbatasan dengan ulu hati, itu yang seperti nyeri lambung dan itu yang paling bahaya. Seringnya kita kecolongan di situ," ungkap dia.

Dokter yang juga praktik di RS Universitas Indonesia itu menyarankan agar para pesepeda tak memaksakan diri jika dirinya jarang berolahraga dan kini mulai menggandrungi bersepeda.

Baca juga: Ramai Orang Gowes Sepeda, Bagi Pemula Waspadai Bahaya Serangan Jantung

Warga berolahraga saat hari bebas berkendara atau car free day (CFD) di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta, Minggu (21/6/2020). Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi DKI Jakarta memisahkan jalur untuk pesepeda, olahraga lari, dan jalan kaki saat CFD pertama pada masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi.ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA Warga berolahraga saat hari bebas berkendara atau car free day (CFD) di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta, Minggu (21/6/2020). Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi DKI Jakarta memisahkan jalur untuk pesepeda, olahraga lari, dan jalan kaki saat CFD pertama pada masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi.

Jantung harus dilatih secara bertahap agar tidak "kaget" ketika bersepeda untuk jarak jauh.

Dia melarang pesepeda terus menggowes ketika gejala-gejala awal tadi mulai dirasakan, guna mencegah serangan jantung.

Sebab, Dian menduga, serangan jantung kerap terjadi pada pesepeda karena faktor "memaksa", di saat tubuh telah meminta istirahat.

Baca juga: Hobi Bersepeda Selama Pandemi Corona, Kesadaran atau Hanya Latah?

"Yang jadi persoalan adalah, ketika kita bersepeda, apalagi temannya banyak, itu pasti enggak mau ketinggalan. Dia sudah merasa enggak kuat, tapi dia paksakan. Kalau jantungnya enggak kuat, ya sudah, kolaps," kata dia.

"Jadi kalau saat itu sudah terasa sesak, langsung berhenti, istirahat. Rambu-rambunya sudah ada. Jangan dipaksakan lagi karena diledek temannya. Itu bahaya," pungkas Dian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon 'Debt Collector'

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon "Debt Collector"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Megapolitan
Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Megapolitan
Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com